Kesulitan mengambil uang

Ada isu yang mengatakan orang-orang tidak bertanggung jawab sengaja meludahi fasilitas umum. (Foto Straits Times)
Ada isu yang mengatakan orang-orang tidak bertanggung jawab sengaja meludahi fasilitas umum. (Foto: Straits Times)

Karena virus Corona yang merebak Nadya jadi takut untuk mengambil uang kiriman dari orangtuanya. "Sebenarnya nyokap gua udah transfer uang jajan untuk Februari. Tapi gua enggak berani ambil," kata Nadya.

Meskipun sudah memiliki masker dari kerabat tantenya, Nadya tetap kesulitan untuk mengambil uang kiriman dari orangtuanya.

"Jadi gua harus ke ATM, ambil duit dari kartu bank, terus masukin ke rekening bank China gua. Nah gua enggak berani ke ATM. Gua udah ada masker sih dari temannya ii gua tapi udah banyak banget berita tentang orang ludah-ludahin fasilitas umum, jadi gua enggak berani ke ATM pencet-pencet tombol," kata Nadya mengungkapkan kecemasannya.

"Gua tuh ada autoimmune, jadi daya tahan tubuh gua enggak sekuat orang normal." Akibat kondisi kesehatannya ini, Nadya menjadi lebih mudah terserang penyakit atau terinveksi virus.

Baca juga:

Hewan dapat Tertular Virus Corona?

Cara Nadya bertahan hidup di tengah krisis makanan

Krisis masker, hand sanitixer, dan bahan makanan dimana-mana. (Foto CNBC>com)
Krisis masker, hand sanitixer, dan bahan makanan dimana-mana. (Foto: CNBC.com)

Untuk makan sehari-hari bukan perkara yang mudah baginya. "Gua udah enggak berani pesan Waimai (jasa layanan antar makanan online di Tiongkok) karena gua enggak percaya kan sama yang masak. Kalau yang masak kena (Corona) terus bersin atau batuk masuk ke makanannya gimana?"

Selain itu, Nadya juga takut jika makanannya sengaja diludahi sama halnya dengan mereka yang suka meludahi fasilitas umum. "Jadi gua pilih untuk beli makanan kering yang masih ke sealed, rapat gitu, beli online."

Nadya bercerita selama makanan orderannya belum datang, ia hanya bisa bertahan hidup dengan makanan yang ada di tempat kosnya. "Untung pas teman-teman farewell itu, banyak yang nyumbangin makanan instan karena mereka enggak mau bawa pulang ke negaranya. Jadi masih bisa survive, banyak makanan di kos."

Ia bercerita ketika makanan kering yang dipesan sudah sampai, ia membersihkannya satu persatu. "Gua selalu lap semuanya pakai hand sanitizer sebelum dimasukin ke dalam kamar. Plastik luarnya dibuang. Jadi kayak gitu sih cara gua survive."

Bagaimana Corona menggagalkan rencana studi Nadya

Nadya seharusnya merencanakan tidak akan pulang ke Indonesia sampai Juli 2020. "Gua udah bayar sekolah bahasa untuk setahun," ungkapnya.

Meskipun teman-temannya memutuskan untuk pulang ke negaranya karena virus Corona, Nadya memutuskan untuk tetap bertahan di Tiongkok. "Gua enggak berani ke airport. Karena airport sumber penyakit kan. Semua orang kesana, pesawat kan kecil, sirkulasi udaranya bakal disitu-situ doang. Dan flight dari Shanghai ke Jakarta tujuh jam. Kalau sampai ada yang infected, risiko banget bisa ketularan. Jadi bonyok (bapak-ibu) gua juga suruh gua stay disana (Shanghai) aja."

Namun keesokan harinya, ayah Nadya menghubungi dan menyuruh pulang. Karena ada info bahwa tempat bisnis supplier milik kerabat tante Nadya sudah dilock down. Ayahnya takut Shanghai akan dilock down juga.

"Kalau dilock down tuh benar-benar bakal kayak kota mati. Jadi bokap gua mendadak suruh balik. Gua mau beli tiket, tapi udah pada abis waktu itu. Banyak negara yang umumin mereka udah enggak terima penerbangan dari China, termasuk transit pun enggak terima. Jadi waktu itu yang masih open tinggal Malaysia. Satu-satunya jalan, gua pakai MH transit Malay. Garuda masih ada sebenarnya 1 seat, tapi harganya udah enggak ngotak, Rp 28 juta economy class one way. Gila kan. Itu aja gua beli MH 8 juta one way. Tapi, mau gimana lagi? Enggak ada jalan lain!"

Untungnya, Nadya cepat bertindak. Dia sampai Jakarta tepat sehari sebelum flight ditutup. (shn)

Baca juga:

Top! Siswa Sidoarjo Bikin Sendiri 'Hand Sanitizer' Tangkal Corona Namanya Hansalim