3. Salah tafsir sinyal sosial

sosial
Otot interaksi sosial melemah tidak dapat memahami yang terjadi dalam kehidupan bergaul. (Foto: Pexels/MIXU)

Tidak mempertahankan interaksi sosial secara teratur membuat otot sosial melemah. "Kamu akan lebih sulit memahami seluk-beluk, sinyal non-verbal, bagian-bagian interaksi sosial yang intuitif atau naluriah," tegas Weber.

Selain itu, tidak berjumpa dengan orang secara teratur akan menimbulkan rasa tidak memiliki dan perasaan bahwa orang tidak peduli atau menginginkanmu. Ketika ini terjadi, seseorang cenderung salah menafsirkan motif orang lain atau bahkan melihat orang lain menentang kita. Pikiran negatif seperti, 'Mengapa dia menatapku seperti itu,' 'Apa yang dia maksud ketika dia mengatakan aku terlihat berbeda,' atau 'Dia memelototiku sepanjang waktu,' memenuhi ruang pikiran kita.

Menghindari interaksi sosial juga membuat seseorang tidak sinkron dengan orang lain. Alih-alih mengakui ini sebagai fakta dan dasar keterampilan yang dapat disatukan kembali, seseorang akan menebak-nebak dan mengkritik diri sendiri.

"Semakin enggan kita menjadikan hubungan dengan orang lain sebagai prioritas, bahkan melalui FaceTime dan pertemuan jarak sosial, semakin kurang sensitif dan kritis terhadap diri sendiri selama interaksi sosial Anda," terang Weber.

4. Jangan menghindar

sosial
Menghindari interaksi sosial bukan jawaban yang tepat. (Foto: Pexels/Pixabay)

Ada banyak sekali alasan untuk membenarkan sikap menghindar, terutama karena tidak ingin tertular COVID-19. Perubahan sikap yang terlalu berjarak membuat ekspektasi orang lain juga berubah sehingga orang benar-benar mengerti jika kamu tidak berpartisipasi atau membatalkannya di saat-saat terakhir.

Meskipun demikian, semakin kita menghindari interaksi sosial, semakin sulit jadinya. Melakukan hal ini secara kronis dapat menyebabkan kecemasan nyata seputar interaksi sosial hingga kamu menjadi cemas atau agorafobia (ketakutan pada tempat atau situasi tertentu yang menyebabkan kita terserang kepanikan) secara sosial. Kita pun menjadi enggan meninggalkan rumah.

"Penting mendorong diri kita sendiri untuk berinteraksi sehingga hubungan tidak menjadi sesuatu yang harus ditakuti dan agar kamu siap ketika dunia pasca pandemi terbuka," tukas Weber. (avia)

Baca Juga:

Empat Hal yang Hilang Saat Kepergian Orang Tersayang