Di sebelah barat terdapat hutan larangan, selain terdapat makam keramat Eyang Singaparana, tetapi juga dilarang keras berburu hewan atau menebang pohon sembarangan.
Di sebelah selatan merupakan persawahan milik penduduk, serta di sebelah utara dan timur dibatasi oleh Sungai Ciwulan. Sungai itu berhulu di Gunung Cikuray, di Garut, tempat mata air sungai tersebut.
Rumah-rumah penduduk yang terbuat dari sasag atau bilik bambu dan atap ijuk dengan model khas yang sama dan mengarah ke hutan. Hutan di hadapan rumah penduduk konon merupakan hutan keramat karena di sana terdapat makam Eyang Singaparana, salah satu murid Sunan Gunung Jati, yang menyebarkan Islam di kawasan tersebut pada ratusan tahun lalu.
Pada Pemilihan Umum (Pemilu) 17 April 2019 mendatang, warga Kampung Adat dipastikan ikut memilih. Ucu Suherlan, sebagai juru pelihara dan sesepuh adat menyatakan setiap pelaksanaan pemilu, baik untuk pikada di tingkat kabupaten, provinsi, dan Pemilu Legislatif serta Pemilu Presiden sebelumnya, selalu disambut baik oleh warga.
"Dipastikan semua warga yang memiliki hak pilih akan datang, nyoblos," kata Ucu Suherlan, seperti dikutip Antara.
Memberikan suara dalam pemilu merupakan salah satu bentuk dari pengabdian warga Kampung Naga kepada negara. Ucu menceritakan, konon keberadaan Kampung Naga sempat dibakar habis dan dihilangkan catatan-catan sejarahnya pada media tahun 1950-an, tatkala para pemberontak dari pasukan DI/TII Kartosuwiryo turut menguasai kawasan itu. Tetapi, penduduknya tetap setia pada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dipimpin oleh Presiden Soekarno. (*)
Baca juga berita lainnya dalam artikel: Dongeng Legendaris di Balik Makanan Khas Nusantara!