"Dalam catatan sy, masih ada banyak data ngawur lain yg dikemukakan @jokowi dalam debat. Tak sesuai dgn fakta. Tapi hal ini sy lihat sudah banyak juga dibahas oleh orang lain. #JokowiBohongLagi," beber Fadli.

"Yang mengejutkan, hampir semua media ‘mainstream’ sejak usai debat jg telah menurunkan berita yg membantah data-data itu. Ini bentuk kemajuan. Tak sepantasnya mmg orang menggunakan data ngawur di forum terhormat semacam debat, apalagi yg dilakukan dgn penuh percaya diri," terang dia.

Sementara, Fadli menilai Prabowo Subianto berhasil menyampaikan sebuah pesan penting bahwa seharusnya yang dibangun oleh Pemerintah dalah infrastruktur untuk rakyat atau ekonomi untuk rakyat dan rakyat untuk infrastruktur atau rakyat untuk ekonomi.

Pesan itu tegas dan sederhana, mewakili bagaimana visi dan misi pasangan Prabowo-Sandi. "Menghadapi P @jokowi yang sejak awal menjajakan data, Pak Prabowo memilih untuk menawarkan perspektif, sudut pandang, strategi menangani masalah,"

"Misal, soal kebijakan penangkapan ikan, P @prabowo menyatakan agar regulasi Pemerintah seharusnya tdk merugikan nelayan tradisional. Jangan sampai nelayan tradisional kita diregulasi seolah-olah mereka adlh korporasi serakah. Aturan semacam itu jelas salah alamat," beber dia.

Capres nomor urut 01 Joko Widodo, Ketua KPU Arief Budiman, dan Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum memulai Debat Pilpres Kedua di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu, (17/2/2019). (MP/Rizki Fitrianto)

Hukum atau regulasi, kata Fadli, seharusnya tajam dan ketat kepada yang besar-besar, bukannya kepada rakyat kecil yang sekadar melaut untuk mencari makan.

"Supaya debat yg akan datang lebih berbobot dan natural, sy mengusulkan agar tak ada lagi pertanyaan dari panelis. Biarkan saja para kandidat saling jual-beli gagasan secara bebas seperti segmen terakhir debat kemarin,"

"Itu akan membuat acara debat jadi lebih hangat. Dan publik pastinya sangat menanti-nantikan hal semacam itu," singkat dia.

"Bagaimanapun, mereka pasti ingin mengetahui kemampuan calon pemimpinnya secara terbuka. Jangan lagi asal tampil cantik, namun ternyata mengumbar data bodong dan argumen ngawur," tutupnya. (Fad)