Pada dasarnya, otakmu akan melawan ketika berbohong. Namun sayangnya, otak kemudian mulai beradaptasi setelah melakukan kebohongan. Bisa dibilang, semua orang pasti pernah berbohong, termasuk kamu.

Kebohongan sebenarnya sangat wajar dilakukan manusia. Meskipun demikian, manusia pada awalnya tidak memiliki kemampuan tersebut. Ketika berbohong, pasti berbagai fungsi tubuhmu berubah, seperti detak jantung lebih cepat, berkeringat lebih banyak, hingga gemetaran.

Itu artinya otak kamu merespons kebohongan yang kamu ucapkan sebelumnya. Kamu akan merasa takut ketahuan. Dari sanalah keadaan menjadi buruk bagi kamu. Hal itu membuat otakmu melawan dan akhirnya muncullah berbagai perubahan fungsi tubuh.

topeng
Padahal, otak manusia menolak kebohongan. (foto: Pixabay/vojta_kucer)

Di sisi lain, jika kamu melakukannya berkali-kali, apalagi ketika kebohongan pertama berhasil, otak justru beradaptasi dengan kebohongan yang kamu lakukan. Otak mengira bahwa tidak masalah berbohong satu kali, sehingga otak akan beradaptasi dan lama-kelamaan tidak ada lagi perubahan fungsi tubuh ketika kamu bohong.

Jika sudah sampai pada tahap itu, kamu enggak akan lagi punya respons emosional saat melakukan kebohongan. Akhirnya, berbohong jadi hal yang biasa. (*)