Teknologi modifikasi cuaca semakin berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan riset. Pada Januari 2011, surat kabar internasional melaporkan bahwa ilmuwan di Abu Dhabi berhasil menciptakan badai hujan buatan dengan menciptakan lebih dari 50 badai hujan antara Juli dan Agustus 2010.
Hujan buatan ini dikatakan menyebabkan fenomena cuaca ekstrem, seperti hujan es, angin kencang, dan badai petir, yang sempat membingungkan penduduk setempat.
Selain itu, Tiongkok juga memperkenalkan teknologi modifikasi cuaca kepada dunia dengan mengatakan bahwa mereka dapat mengendalikan cuaca, termasuk untuk mendukung kelancaran acara besar seperti Olimpiade Beijing.
Negara ini memiliki kantor pengendalian cuaca yang dikenal dengan nama Kantor Modifikasi Cuaca Beijing.
Baca juga:
Apa Itu DeepSeek AI? Pesaing Terberat ChatGPT yang Mengubah Dunia Artificial intelligence
Di Indonesia, teknologi modifikasi cuaca pertama kali diperkenalkan pada tahun 1977. Presiden Soeharto, terinspirasi oleh kemajuan pertanian di Thailand yang didorong oleh teknologi modifikasi cuaca, mengirim Menristek BJ Habibie untuk mempelajari teknologi ini.
Setelah penelitian dan percakapan dengan Thailand, Indonesia memulai proyek percobaan hujan buatan yang pertama kali dilaksanakan dengan bantuan teknisi Thailand.
Tujuan utama dari teknologi ini adalah untuk mendukung sektor pertanian dan mengisi waduk-waduk untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan irigasi.
Pada tahun 1978, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dibentuk, dan proyek hujan buatan dipantau oleh Direktorat Pengembangan Kekayaan Alam (PKA).
Pada tahun 1985, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Hujan Buatan didirikan dan pada tahun 2015, namanya diubah menjadi Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca sesuai dengan Peraturan Kepala BPPT.
Teknologi modifikasi cuaca semakin berkembang di Indonesia, khususnya dalam penanggulangan bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan kebakaran hutan.
Dengan pelaksanaan OMC ini, Pemprov DKI Jakarta berharap dapat memitigasi potensi bencana akibat cuaca ekstrem dan menjaga stabilitas lingkungan di wilayah Jakarta selama periode cuaca buruk yang diperkirakan terjadi.