Berita Terkini
Jumat, 19 September 2025
Kabaroto
Bolaskor
esportsID
SideID
Kamibijak
Berita
Indonesiaku
Lifestyle
Olahraga
Infografis
Foto
Video
IQRA
Merah Putih Kasih
Berita
Indonesiaku
Lifestyle
Olahraga
Infografis
Foto
Video
IQRA
Merah Putih Kasih
© Copyright 2021 - merahputih.com
Tentang Kami
Redaksi
Kode Etik
Infografis
Video
Berita Foto
Foto Essay
Kabaroto
Bolaskor
esportsID
SideID
Kamibijak
Iqra
Tradisi
Indonesiaku
Berita Foto
Foto: Binar di Pesara
Rizki Fitrianto - Selasa, 22 September 2020
XL Axiata Photo Journalist Mentorship 2020 / Thoudy Badai
Hari terasa cepat berlalu bagi Nadi Bin Eji alias Amang (47). Sudah hampir 18 jenazah ia makamkan sore itu. Bukan sembarang jenazah, namun jenazah korban Covid-19, virus yang kini tengah menghantui seluruh penjuru dunia. Amang dan para penggali kubur di Pondok Ranggon, Jakarta Timur pun gelisah, sebab mereka yakin esok atau lusa masih akan banyak lagi jenazah dengan virus yang sama yang harus mereka kebumikan. Tak jarang banyaknya jenazah yang datang menyebabkan Amang harus pulang larut malam, pulang ketika saat buah hati sudah terlelap. Sebelum memasuki rumah, ia harus memastikan dirinya bersih dengan cairan disinfektan yang disiapkan sang istri, Amang juga wajib untuk mandi di komplek pemakaman dulu sebelum beranjak pulang. Selama pandemi ini, dalam sehari Amang pernah menggali kubur untuk 32 jenazah, sebuah angka yang menjadi rekor tertinggi bagi dirinya pada bulan Mei lalu. Semua itu tak menyurutkan semangatnya untuk tetap berjuang menjadi garda terakhir, sekaligus garda terdepan untuk keluarganya.
Hari terasa cepat berlalu bagi Nadi Bin Eji alias Amang (47). Sudah hampir 18 jenazah ia makamkan sore itu. Bukan sembarang jenazah, namun jenazah korban Covid-19, virus yang kini tengah menghantui seluruh penjuru dunia. Amang dan para penggali kubur di Pondok Ranggon, Jakarta Timur pun gelisah, sebab mereka yakin esok atau lusa masih akan banyak lagi jenazah dengan virus yang sama yang harus mereka kebumikan. Tak jarang banyaknya jenazah yang datang menyebabkan Amang harus pulang larut malam, pulang ketika saat buah hati sudah terlelap. Sebelum memasuki rumah, ia harus memastikan dirinya bersih dengan cairan disinfektan yang disiapkan sang istri, Amang juga wajib untuk mandi di komplek pemakaman dulu sebelum beranjak pulang. Selama pandemi ini, dalam sehari Amang pernah menggali kubur untuk 32 jenazah, sebuah angka yang menjadi rekor tertinggi bagi dirinya pada bulan Mei lalu. Semua itu tak menyurutkan semangatnya untuk tetap berjuang menjadi garda terakhir, sekaligus garda terdepan untuk keluarganya.
Hari terasa cepat berlalu bagi Nadi Bin Eji alias Amang (47). Sudah hampir 18 jenazah ia makamkan sore itu. Bukan sembarang jenazah, namun jenazah korban Covid-19, virus yang kini tengah menghantui seluruh penjuru dunia. Amang dan para penggali kubur di Pondok Ranggon, Jakarta Timur pun gelisah, sebab mereka yakin esok atau lusa masih akan banyak lagi jenazah dengan virus yang sama yang harus mereka kebumikan. Tak jarang banyaknya jenazah yang datang menyebabkan Amang harus pulang larut malam, pulang ketika saat buah hati sudah terlelap. Sebelum memasuki rumah, ia harus memastikan dirinya bersih dengan cairan disinfektan yang disiapkan sang istri, Amang juga wajib untuk mandi di komplek pemakaman dulu sebelum beranjak pulang. Selama pandemi ini, dalam sehari Amang pernah menggali kubur untuk 32 jenazah, sebuah angka yang menjadi rekor tertinggi bagi dirinya pada bulan Mei lalu. Semua itu tak menyurutkan semangatnya untuk tetap berjuang menjadi garda terakhir, sekaligus garda terdepan untuk keluarganya.
Hari terasa cepat berlalu bagi Nadi Bin Eji alias Amang (47). Sudah hampir 18 jenazah ia makamkan sore itu. Bukan sembarang jenazah, namun jenazah korban Covid-19, virus yang kini tengah menghantui seluruh penjuru dunia. Amang dan para penggali kubur di Pondok Ranggon, Jakarta Timur pun gelisah, sebab mereka yakin esok atau lusa masih akan banyak lagi jenazah dengan virus yang sama yang harus mereka kebumikan. Tak jarang banyaknya jenazah yang datang menyebabkan Amang harus pulang larut malam, pulang ketika saat buah hati sudah terlelap. Sebelum memasuki rumah, ia harus memastikan dirinya bersih dengan cairan disinfektan yang disiapkan sang istri, Amang juga wajib untuk mandi di komplek pemakaman dulu sebelum beranjak pulang. Selama pandemi ini, dalam sehari Amang pernah menggali kubur untuk 32 jenazah, sebuah angka yang menjadi rekor tertinggi bagi dirinya pada bulan Mei lalu. Semua itu tak menyurutkan semangatnya untuk tetap berjuang menjadi garda terakhir, sekaligus garda terdepan untuk keluarganya.
Hari terasa cepat berlalu bagi Nadi Bin Eji alias Amang (47). Sudah hampir 18 jenazah ia makamkan sore itu. Bukan sembarang jenazah, namun jenazah korban Covid-19, virus yang kini tengah menghantui seluruh penjuru dunia. Amang dan para penggali kubur di Pondok Ranggon, Jakarta Timur pun gelisah, sebab mereka yakin esok atau lusa masih akan banyak lagi jenazah dengan virus yang sama yang harus mereka kebumikan. Tak jarang banyaknya jenazah yang datang menyebabkan Amang harus pulang larut malam, pulang ketika saat buah hati sudah terlelap. Sebelum memasuki rumah, ia harus memastikan dirinya bersih dengan cairan disinfektan yang disiapkan sang istri, Amang juga wajib untuk mandi di komplek pemakaman dulu sebelum beranjak pulang. Selama pandemi ini, dalam sehari Amang pernah menggali kubur untuk 32 jenazah, sebuah angka yang menjadi rekor tertinggi bagi dirinya pada bulan Mei lalu. Semua itu tak menyurutkan semangatnya untuk tetap berjuang menjadi garda terakhir, sekaligus garda terdepan untuk keluarganya.
Hari terasa cepat berlalu bagi Nadi Bin Eji alias Amang (47). Sudah hampir 18 jenazah ia makamkan sore itu. Bukan sembarang jenazah, namun jenazah korban Covid-19, virus yang kini tengah menghantui seluruh penjuru dunia. Amang dan para penggali kubur di Pondok Ranggon, Jakarta Timur pun gelisah, sebab mereka yakin esok atau lusa masih akan banyak lagi jenazah dengan virus yang sama yang harus mereka kebumikan. Tak jarang banyaknya jenazah yang datang menyebabkan Amang harus pulang larut malam, pulang ketika saat buah hati sudah terlelap. Sebelum memasuki rumah, ia harus memastikan dirinya bersih dengan cairan disinfektan yang disiapkan sang istri, Amang juga wajib untuk mandi di komplek pemakaman dulu sebelum beranjak pulang. Selama pandemi ini, dalam sehari Amang pernah menggali kubur untuk 32 jenazah, sebuah angka yang menjadi rekor tertinggi bagi dirinya pada bulan Mei lalu. Semua itu tak menyurutkan semangatnya untuk tetap berjuang menjadi garda terakhir, sekaligus garda terdepan untuk keluarganya.
Hari terasa cepat berlalu bagi Nadi Bin Eji alias Amang (47). Sudah hampir 18 jenazah ia makamkan sore itu. Bukan sembarang jenazah, namun jenazah korban Covid-19, virus yang kini tengah menghantui seluruh penjuru dunia. Amang dan para penggali kubur di Pondok Ranggon, Jakarta Timur pun gelisah, sebab mereka yakin esok atau lusa masih akan banyak lagi jenazah dengan virus yang sama yang harus mereka kebumikan. Tak jarang banyaknya jenazah yang datang menyebabkan Amang harus pulang larut malam, pulang ketika saat buah hati sudah terlelap. Sebelum memasuki rumah, ia harus memastikan dirinya bersih dengan cairan disinfektan yang disiapkan sang istri, Amang juga wajib untuk mandi di komplek pemakaman dulu sebelum beranjak pulang. Selama pandemi ini, dalam sehari Amang pernah menggali kubur untuk 32 jenazah, sebuah angka yang menjadi rekor tertinggi bagi dirinya pada bulan Mei lalu. Semua itu tak menyurutkan semangatnya untuk tetap berjuang menjadi garda terakhir, sekaligus garda terdepan untuk keluarganya.
Hari terasa cepat berlalu bagi Nadi Bin Eji alias Amang (47). Sudah hampir 18 jenazah ia makamkan sore itu. Bukan sembarang jenazah, namun jenazah korban Covid-19, virus yang kini tengah menghantui seluruh penjuru dunia. Amang dan para penggali kubur di Pondok Ranggon, Jakarta Timur pun gelisah, sebab mereka yakin esok atau lusa masih akan banyak lagi jenazah dengan virus yang sama yang harus mereka kebumikan. Tak jarang banyaknya jenazah yang datang menyebabkan Amang harus pulang larut malam, pulang ketika saat buah hati sudah terlelap. Sebelum memasuki rumah, ia harus memastikan dirinya bersih dengan cairan disinfektan yang disiapkan sang istri, Amang juga wajib untuk mandi di komplek pemakaman dulu sebelum beranjak pulang. Selama pandemi ini, dalam sehari Amang pernah menggali kubur untuk 32 jenazah, sebuah angka yang menjadi rekor tertinggi bagi dirinya pada bulan Mei lalu. Semua itu tak menyurutkan semangatnya untuk tetap berjuang menjadi garda terakhir, sekaligus garda terdepan untuk keluarganya.
Hari terasa cepat berlalu bagi Nadi Bin Eji alias Amang (47). Sudah hampir 18 jenazah ia makamkan sore itu. Bukan sembarang jenazah, namun jenazah korban Covid-19, virus yang kini tengah menghantui seluruh penjuru dunia. Amang dan para penggali kubur di Pondok Ranggon, Jakarta Timur pun gelisah, sebab mereka yakin esok atau lusa masih akan banyak lagi jenazah dengan virus yang sama yang harus mereka kebumikan. Tak jarang banyaknya jenazah yang datang menyebabkan Amang harus pulang larut malam, pulang ketika saat buah hati sudah terlelap. Sebelum memasuki rumah, ia harus memastikan dirinya bersih dengan cairan disinfektan yang disiapkan sang istri, Amang juga wajib untuk mandi di komplek pemakaman dulu sebelum beranjak pulang. Selama pandemi ini, dalam sehari Amang pernah menggali kubur untuk 32 jenazah, sebuah angka yang menjadi rekor tertinggi bagi dirinya pada bulan Mei lalu. Semua itu tak menyurutkan semangatnya untuk tetap berjuang menjadi garda terakhir, sekaligus garda terdepan untuk keluarganya.
Hari terasa cepat berlalu bagi Nadi Bin Eji alias Amang (47). Sudah hampir 18 jenazah ia makamkan sore itu. Bukan sembarang jenazah, namun jenazah korban Covid-19, virus yang kini tengah menghantui seluruh penjuru dunia. Amang dan para penggali kubur di Pondok Ranggon, Jakarta Timur pun gelisah, sebab mereka yakin esok atau lusa masih akan banyak lagi jenazah dengan virus yang sama yang harus mereka kebumikan. Tak jarang banyaknya jenazah yang datang menyebabkan Amang harus pulang larut malam, pulang ketika saat buah hati sudah terlelap. Sebelum memasuki rumah, ia harus memastikan dirinya bersih dengan cairan disinfektan yang disiapkan sang istri, Amang juga wajib untuk mandi di komplek pemakaman dulu sebelum beranjak pulang. Selama pandemi ini, dalam sehari Amang pernah menggali kubur untuk 32 jenazah, sebuah angka yang menjadi rekor tertinggi bagi dirinya pada bulan Mei lalu. Semua itu tak menyurutkan semangatnya untuk tetap berjuang menjadi garda terakhir, sekaligus garda terdepan untuk keluarganya.
#Photojournalist Mentorship 2020
Ditulis Oleh
Rizki Fitrianto
Less Hated, More Educated.
Berita Terkait
Bagikan