Pengakuan dan Misteri Uang CW, Perempuan yang 10 Tahun Tinggal di Hotel Mewah
Sabtu, 17 Maret 2018 -
"SAYA merasa difitnah!" seru perempuan paruhbaya di Mapolda Metro Jaya, Jumat (16/3). Meski menunjukkan mimik muka yang tampak sedikit kesal, perempuan berkacamata itu, tetap menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan para wartawan.
Selain penyidik, kedatangan sosok perempuan dengan banyak uban di Mapolda Metro Jaya itu memang sudah ditunggu-tunggu awak media. Ya, perempuan itu adalah Candri Widarta (CW). Sosok yang menghebohkan publik lantaran selama 10 tahun menginap di hotel ternama di Jakarta bersama lima anak angkatnya. Tentu dengan biaya miliaran rupiah.
Tak hanya itu, kini CW harus berurusan dengan polisi lantaran dirinya dilaporkan atas dugaan melakukan penganiayaan dan penyiksaan terhadap salah satu anak angkatnya yang berinisial FA. Atas tudigan itu, dia merasa difitnah.
"Orang saya nggak nyiksa, nggak ngapai-ngapin kok diginiin," imbuhnya lagi dengan nada sedikit kesal. Menurutnya, apa yang diberitakan selama ini, tidak benar.
"Katanya nyiksa, katanya nyekap, itu gak benar sama sekali. Boleh dibuktikan sendiri," imbuhnya lagi-lagi dengan nada sedikit kesal.
CW yang mengenakan pakaian motif orange itu lantas menceritakan bagaimana dia bersusah payah mengadopsi anak-anak angkatnya itu. Kata dia, salah satu anaknya itu ada yang diserahkan oleh keluarganya sendiri kepadanya. Sebab, ibunya mengidap penyakit HIV dan telah meninggal dunia. "Dalam mengadopsi anak ini, saya jalan sendiri malam-malam ke rumahnya," ujarnya.
Ada juga seorang anak yang memang dia adopsi lantaran ibunya menikah lagi dengan seorang polisi. "Ibunya sudah kawin lagi dengan seorang polisi di Sumba Barat (NTT). Tadi baru bicara sama saya," tandasnya.
Untuk anak ketiga yang berinisial OW, berawal dari curhat sang ibu kepada DW. Karena merasa kasihan, DW pun akhirnya mengadopsi OW yang kini berusia 13 tahun. DW mengklaim mengadopsi kelima anak ini karena alasan kemanusiaan. "Yang menjadi alasan saya dalam memelihara kelima anak-anak itu adalah kemanusiaan semata. Tak ada niat lain dari saya," ujar DW.
Dia pun mempersilakan kepada siapapun untuk mengecek kondisi anak-anak angkatnya. Dia berasalan, semua anak-anak angkat ini dalam kondisi baik-baik saja bersama dirinya.
Sementara itu, Siti Khodijah (25) yang mengaku salah seorang putri asuh dari CW juga membantah kabar bahwa CW telah melakukan kekerasan itu terhadap anak-anak angkatnya. Perempuan berambut pendek yang juga ditemui wartawan di Mapolda Metro Jaya itu menyinggung sedikit kehidupan CW dengan anak-anak angkatnya slama bertahn-tahun tinggal di hotel.
"Mami itu kalo di hotel suka merajut sambil mengurusi anak-anak. Anak-anak yang lain juga seperti biasa, bermain, sekolah (home schooling)," katanya.
Bagaimana dengan kabar bahwa anak-anak disuruh tidur di kamar mandi? Siti langsung membantahnya. Menurutnya, selama ini DW tak pernah pernah meminta anak-anakya tidur di kamar mandi. Yang jelas kata Siti, meraka memang tidur dengan dua kamar terpisah. "Aku sama mami itu di lantai 14, sedangkan yang lainnya di lantai 19," kata dia.
Mereka terpisah karena tidak mendapat kamar yang berdampingan di hotel.
Uang Berasal dari Bantuan Yayasan Gereja
Jika dihitung, hidup di hotel ternama di Jakarta dalam sepuluh tahun, DW sudah menghabiskan uang belasan miliar rupiah. Nah, yang menjadi pertanyaan banyak pihak adalah darimana CW yang tidak bekerja itu bisa mendapatkan untuk tinggal di hotel ternama selama bertahun-tahun.
Menurut Kanit V Subdit Renakta Direktorat Reserse Kriminal Umum AKP Hasiati Lawole mengataka, sejak 2015, DW tinggal di Hotel Le Meridien. Di hotel tersebut, DW menyewa dua kamar seharga Rp 3 juta per malam. Dengan begitu, dia diperkirakan sudah mengeluarkan Rp 2 miliar hanya untuk kamar.
Sedangkan sejak 2011 hingga 2014, CW tinggal di Hotel Peninsula dengan tafsiran sudah mengeluarkan biaya Rp 4,2 miliar. Sebelumnya dia juga tinggal di Twin Plaza Hotel selama lima tahun dengan menghamburkan uang Rp 6,5 hanya untuk sewa kamar.
Kepada wartawan, DW mengaku dalam membiayai kelima anaknya dengan belasan miliar itu, berasal dari hasil pengobatan tradisional stigmata dan disokong oleh pihak gereja dari yayasan orang Katolik.
Kendati begitu, ia tak menjelaskan secara detail terkait donatur Gereja mana yang menyokong dana terhadap dirinya, dalam menjalankan misi kemanusiaan tersebut. "Uang itu, saya dapat dari pengobatan tradisional melalui pengobatan stigmata, dan juga ada bantuan dari pihak gereja katolik," katanya.
Lebih lanjut dia menjelaskan dirinya masih trauma dengan kejadian kerusuhan yang terjadi pada 1965 dan kerusuhan 1998. Karena trauma itulalah dirinya memutuskan untuk tinggal disebuah hotel bersama kelima anak adopsinya tersebut.
Sementara itu, senada dengan CW, hal serupa juga dijelaskan oleh Riska yang diketahui adalah keponakan CW. Menurut Riska, tantenya yang berinisial CW itu, berasal dari latarbelakang keluarga yang berkecukupan. Sebab, suami tantenya itu, adalah seorang dokter. "Dia bukan orang 'susah'. Suaminya dokter," tambah Riska. (gms)