Mohammad Sarengat, Kisah Legenda Pelari Tercepat Asia

Senin, 27 Agustus 2018 - Zaimul Haq Elfan Habib

"BUAH jatuh tak jauh dari pohon" menjadi pepatah paling tepat bagi Mohammad Sarengat. Cita-cita masa kecil hanya satu: menjadi petenis profesional.

Saat duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), Sarengat kemudian menekuni Tenis. Di sela kegiatan itu, ia juga menggemari olahraga cabang atletik.

Sembilan tahun menggeluti Tenis tak membuat karirnya berkembang. Ia gamang.

Saat duduk di bangku SMA, ia memutuskan untuk mengikuti jejak sang paman, Mursanyoto, Kiper Timnas Indonesia era 1950-an.

Darah olahraga mengalir deras di nadinya seolah mempermudahnya untuk menekuni bidang olahraga apapun. Sarengat pun akhirnya direkrut Klub Indonesia Muda Surabaya. Sarengat menjadi seorang kiper.

Tak berselang lama, frustasi kembali datang. Sering dijadikan penghangat bangku cadangan membuat Sarengat jenuh dengan dunia sepak bola. Kembali ia memutuskan untuk mendulang keberhasilan di bidang olahraga lain.

Nasib membawanya ke arah kemujuran. Setelah memantapkan hatinya untuk olahraga lari angin-angin kesuksesan mulai berhembus. Kesempatan besarpun datang pada 1960. Sarengat dipilih mengikuti pelatnas Olimpiade dan menuai sukses di sana. Angin kesuksesan pun makin kencang, Sarengat dipercaya untuk mewakili Indonesia di Asian Games 1962.

Dari sinilah nama Sarengat melambung. Setiap sudut kota membicarakan prestasinya di Asian Games yang memborong 2 medali emas sekaligus. Tak hanya itu, sebuah rekor langka pun dipecahkan. Catatan waktu 10,4 detik yang dibukukan Mohammad Sarengat juga menjadikannya sebagai manusia tercepat di Asia.

Pendidikan yang Tersendat Mulus

Mohammad Sarengat (1940-2014). (Foto/Historia.id)
Mohammad Sarengat (1940-2014). (Foto/Historia.id)

Sibuk di dunia atletis membuat Sarengat sedikit melupakan pendidikannya. Ketika ikut pelatnas untuk Olimpiade 1960, membuatnya tidak lulus SMA pada 1959 dan baru lulus SMA pada 1961, setelah tiga kali ujian.

“Pada 1959 sempat ngak lulus SMA, padahal sudah diterima di AMN (Akademi Militer Nasional),” ujarnya seperti dilansir sindonews.

Namun, berkat prestasi yang ia persembahkan untuk Indonesia membukakan pintu berkah untuk Sarengat. Ia dipanggil Bung Karno ke Istana Merdeka untuk diberi hadiah. Saregat hanya meminta agar bisa mengikuti ujian tes, masuk fakultas kedokteran Universitas Indonesia (UI).

"Dengan rekomendasi Sukarno, Saregat berhasil masuk fakultas kedokteran UI dan menjadi mahasiswa hingga menjadi dokter," tulis Sukarno dalam buku SOEKARNO: Gramatical, Halaman 167.

Ketelatenannya menuntut ilmu membawa Sarengat ke dunia baru. Keterampilannya yang lebih di bidang kesehatan membuatnya dipercata sebagai dokter pribadi dua Wakil Presiden, yakni Sultan Hamangkubuwono IX dan Adam Malik.

Tak lupa dengan asalnya, Sarengat kembali ke dunia olahraga saat menjadi Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) pada tahun 1980-an. Ia juga sempat menjadi Sekretaris Jenderal Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI). (*)

Bagikan

Baca Original Artikel

Berita Terkait

Bagikan