BASS3 Suarakan Kepedulian Alam lewat 'Rimba Terakhir', Reuni setelah 15 Tahun
Sabtu, 20 Desember 2025 -
MERAHPUTIH.COM - SETELAH terpisah selama 15 tahun, tiga bassist ternama Indonesia kembali dipertemukan dalam sebuah proyek bernama BASS3. Reuni ini ditandai perilisan single Rimba Terakhir, sebuah karya yang membawa pesan kuat tentang keberadaan hutan-hutan terakhir di Indonesia yang kini berada di ambang kepunahan.
Momen kembalinya BASS3 tak bisa dilepaskan dari jejak sejarah mereka di panggung Java Jazz Festival 2010. Lima belas tahun berselang, Bintang Indrianto, Roedyanto Wasito, dan Rindra Risyanto Noor akhirnya kembali menyatukan visi dan energi musikal mereka. Pertemuan tersebut diwujudkan melalui sebuah ikolaboratif yang bukan hanya menjadi simbol reuni, melainkan juga medium untuk menyuarakan kepedulian.
Proyek BASS3 jauh dari sekadar nostalgia. Ketiga bassist hadir dengan karakter permainan yang sangat berbeda, tapi justru saling melengkapi. Bintang Indrianto membawa eksplorasi bunyi yang bebas dan kental dengan nuansa etnik, terinspirasi dari warna musikal Kalimantan. Roedyanto Wasito mengisi ruang dengan groove fusion yang dinamis dan khas, sedangkan Rindra Risyanto Noor, yang dikenal luas lewat kiprahnya bersama Padi, menyumbangkan sentuhan pop alternatif yang kokoh dan melodis. Perbedaan itulah yang membentuk dialog musikal unik dalam Rimba Terakhir.
Harmonisasi tiga karakter bass tersebut menjadi kekuatan utama lagu ini. Namun, di balik aransemen yang kaya, tersimpan kegelisahan yang mendalam. Rimba Terakhir lahir dari keprihatinan kolektif para personel BASS3 terhadap kondisi alam Indonesia yang kian memprihatinkan. Laju penggundulan hutan dan alih fungsi lahan yang masif, serta dampaknya yang nyata berupa berbagai bencana alam, mendorong mereka untuk bersuara lewat musik.
Baca juga:
Lagu Baru Vierratale 'Forevermore' Cerita tentang Kerinduan Mendalam, Simak Liriknya
Perwakilan BASS3 menyampaikan perbedaan warna musik, terutama karakter pop alternatif yang kuat dari Rindra, justru menjadi alasan mereka kembali bersatu. Kali ini, bukan semata untuk meramaikan panggung festival, melainkan untuk menyampaikan pesan tentang pentingnya menjaga dan melestarikan rimba-rimba terakhir agar tidak lenyap.
Secara musikal, Rimba Terakhir dikemas dengan aransemen yang dinamis, diperkaya dengan penggunaan loop dan synth pad garapan Oxy Arya Wijaya. Lagu ini menghadirkan gambaran keindahan hutan yang perlahan rusak oleh keserakahan manusia. Lebih dari sekadar komposisi instrumental, Rimba Terakhir tampil sebagai manifesto musikal, sebuah pengingat bahwa tanpa tindakan nyata, alam Indonesia beserta flora dan faunanya terancam punah, sekaligus membawa konsekuensi langsung bagi manusia melalui bencana seperti banjir dan longsor.(Far)
Baca juga: