Ali Sadikin, Gubernur Kontroversial, Meninggal Dunia

Jumat, 20 Mei 2022 - Andreas Pranatalta

MANTAN Gubernur DKI Jakarta periode 1966-1977 Ali Sadikin, tutup usia pada 20 Mei 2008 setelah dirawat selama sebulan di RS Gleneagles, Singapura. Bang Ali, panggilan akrabnya, meninggal di usia 82 tahun akibat penyakit komplikasi yang diidapnya. Dia meninggalkan lima putra dan 12 cucu, istri pertamanya, Ny Nani sudah meninggal dunia. Istri kedua Bang Ali adalah Ny Linda Syamsuddin M.

Baca juga:

Ketua DPRD Geram Anies Lebih Pilih Orang Turki Ketimbang Ali Sadikin Buat Nama Jalan

14 Tahun Lalu, Ali Sadikin Meninggal Dunia
Ali Sadikin. (Foto: Wikipedia)

Ali Sadikin lahir di Sumedang, Jawa Barat pada 7 Juli 1927. Letnan Jenderal Korps Komando Angkatan Laut ini ditunjuk oleh Presiden Soekarno menjadi Gubernur Jakarta pada 1966 bersama wakilnya, Raden H. Atje Wiriadinata.

Sebelumnya, Bang Ali sempat menjabat sebagai Deputi Kepala Staf Angkatan Laut, Menteri Perhubungan Laut Kabinet Kerja. Menteri Koordinator Kompartemen Maritim/Menteri Perhubungan Laut Kabinet Dwikora dan Kabinet Dwikora yang disempurnakan di bawah pimpinan Presiden Soekarno. Ia menjadi gubernur yang sangat berjasa dalam mengembangkan Jakarta menjadi kota modern.

Baca juga:

Momentum HUT DKI Ke-494, Ketua DPRD Dorong Ali Sadikin Jadi Pahlawan Nasional

14 Tahun Lalu, Ali Sadikin Meninggal Dunia
Kontroversial dengan kebijakannya melegalkan perjudian. (Foto: Unsplash/Keenan Constance)

Beberapa proyek pembangunan buah pikiran Bang Ali adalah Taman Ismail Marzuki, Kebun Binatang Ragunan, Proyek Senen, Taman Impian Jaya Ancol, Taman Ria Monasi, Taman Ria Remaja, hingga pelestarian budaya Betawi di kawasan Condet. Selain itu, Bang Ali juga menyelenggarakan Pekan Raya Jakarta yang saat ini lebih dikenal dengan nama Jakarta Fair, sebagai sarana hiburan dan promosi dagang industri barang dan jasa.

Bang Ali juga terkenal dengan kebijakannya yang kontroversial. Seperti mengembangkan hiburan malam dengan berbagai klub malam, mengizinkan diselenggarakannya perjudian di Jakarta. Juga membangun kompleks Kramat Tunggak sebagai lokalisasi pelacuran.

Uang hasil judi dipungut untuk membangun jalan, puskesmas, hingga gedung sekolah. Setelah berhenti dari jabatannya dan digantikan oleh Letjen Tjokropranolo, Bang Ali tetap aktif dalam menyumbangkan pikiran-pikirannya untuk pembangunan kota Jakarta dan Indonesia.

Ini membawanya kepada posisi kritis sebagai anggota Petisi 50, sebuah kelompok yang terdiri dari tokoh-tokoh militer dan swasta yang kritis terhadap pemerintahan Presiden Soeharto. (and)

Baca juga:

Pemprov DKI Tindak Lanjuti Penamaan Jalan Ali Sadikin Usai Disemprot Ketua DPRD

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan