Alessandro Lucarelli, Simbol dan Kesetiaan yang Paripurna

Kamis, 20 September 2018 - Andika Pratama

MerahPutih.com - Kesetiaan merupakan bagian yang sangat mahal terutama di dunia sepak bola. Pemain yang loyal terhadap satu klub bisa dihitung dengan jari.

Berbicara soal kesetian dan pengabdian bisa kita belajar dari kisah Alessandro Lucarelli, yang begitu setia kepada Parma meskipun harus rela bermain di kompetisi semi profesional setelah klub yang dibelanya dinyatakan bangkrut dan terdegradasi ke divisi bawah.

Parma pernah menjadi klub besar pada era 90-an dan diperkuat beberapa pemain bintang yakni Gigi Buffon, Fabio Cannavaro, Lilian Thuram, Hernán Crespo, Juan Sebastián Verón, Gianfranco Zola, Enrico Chiesa, Hristo Stoichkov, dan Faustino Asprilla.

Alessandro Lucarelli. Foto: Zimbio

Sayangnya, krisis financial membuat Gialloblu kesulitan dalam membayar gaji pemain dan staff. Dalam kondisi morat-marit, kepemilikan Parma berpindah tangan demi menyelamatkan klub yang berada di wiliayah Emilia Rogmana ini.

Kondisi Parma semakin parah dan seluruh aset klub terancam dijual. Tetapi, di tengah situasi yang serba sulit, Lucarelli tampil sebagai pahlawan. Ia merasa kecewa dengan manajemen klub yang tidak berjuang untuk menyelematkan Parma dari jurang kehancuran

Lucarelli bergabung dengan Parma pada usia 30 tahun, setahun setelah Tommaso Ghiradi mengambil alih klub. Dia datang bersama dengan saudaranya Cristiano dalam sebuah kesepakatan senilai 1,2 juta euro dri Genoa.

Ia menjadi sosok sentral dalam kebangkitan Parma. Sebagai kapten. Lucarelli sukses mengantarkan Crociati menjalani kompetisi dari Serie D hingga akhirnya promosi ke Serie A dalam kurun lima tahun.

Alessandro Lucarelli. Foto: Zimbio

Kesuksesan yang diraih Lucarelli tidak berjalan indah. Sosok berusia 41 tahun itu harus jungkir balik untuk bisa membangkitkan Parma dari kesulitan. Apalagi, dirinya tidak mendapatkan gaji selama membela Parma.

Meskipun demikian, Lucarelli menyatakan kesetiaannya kepada Gialloblù. Sayangnya, hutang Parma sebesar 218 juta euro dan tunggakan gaji lebih dri 63 juta euro membuat Parma dinyatakan bangkrut pada 2015.

Kesialan Parma bukan hanya itu saja, Parma disanksi turun kasta ke Serie D. Tentu saja, bagi klub yang pernah mengangkat Piala UEFA kurang dari dua dekade sebelumnya merupakan hal yang memalukan.

Sekali lagi, Lucarelli menyatakan siap bermain untuk Parma di Serie D. "Saya akan siap bermain di Serie D untuk Parma jika itu perlu," kata Lucarelli seperti dilansir thesefootballtimes.

Pada Juli 2015, Parma merubah nama menjadi Parma Calcio 1913 dan memulai musim perdananya di Serie D. Di bawah pemilik yang baru, Parma mampu promosi ke Lega Pro setelah menjadi pemenang di babak play-off.

Promosi ke Lega Pro membuat rasa percaya diri para pemain Parma meningkat. Mereka sukses meraih scudetto Serie C dan memastikan satu tiket promosi ke Serie B.

Alessandro Lucarelli. Foto: Zimbio

Di bawah naungan Lucarelli, Parma berhasil promosi ke Serie musim 2018-19 setelah menjadi runner-up Serie B. Keberhasilan ini menjadi kado manis Lucarelli yang memutuskan pensiun setelah sukses membawa Parma kembali ke kasta tertinggi kompetisi Italia.

Lucarelli juga menepati janjinya untuk setia kepada Parma meskipun dirinya banya berkorban bagi klub yang sudah dibelanya sejak 2009-10 itu.

"Saya sudah bersama Parma selama 10 tahun dan sekarang tujuan kami promosi ke Serie A sudah tercapai. Kini, sudah waktunya untuk mengakhiri perjalanan," ujarnya.

"Janji yang saya buat tiga tahun lalu sudah tersimpan dan tidak mungkin kalian bisa membalas semuanya dan membuatku bangga dari pencapaian luar biasa ini," ucapnya.

Sebagai penghormatan, jersey nomor 6 milik Lucarelli dipensiunkan. Dan, Lucarelli dianggap sebagai pemain dan penyelamat Parma. (*)

Grazie, capitano. Addio, Lucarelli.

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan