WHO Meminta Masyarakat untuk Menghindari Perawatan Gigi Rutin Selama Pandemi


Layanan gigi secara global telah terganggu. (Foto: Unsplash/Michael Browning)
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) mengimbau agar masyarakat mempertimbangkan penundaan perawatan gigi rutin dan kasus yang tidak terlalu darurat sampai tingkat penularan COVID-19 menurun. Dikhawatirkan semprotan aerosol dari mulut pasien akan memberikan dampak buruk bagi sekelilingnya termasuk dokter gigi.
WHO mengatakan sedang menyiapkan panduan bagi dokter gigi tentang cara meminimalkan risiko penularan selama pandemi ini.
Baca juga:

Dilansir laman Science Alert bahwa saat ini layanan gigi mulai dilanjutkan di banyak negara. Beberapa prosedur dapat dilakukan dengan cara meminimalkan aerosol, atau tetesan mikro yang melayang di udara.
WHO menyarankan agar perawatan kesehatan mulut non-esensial rutin yang biasanya mencakup pemeriksaan kesehatan mulut, pembersihan gigi dan perawatan pencegahan, agar ditunda sampai tingkat penularan COVID-19 dari penularan komunitas ke kasus kluster menurun.
WHO menyebutkan bahwa hal yang sama berlaku untuk perawatan gigi estetika. Namun, intervensi perawatan kesehatan mulut yang mendesak atau darurat seperti menjaga fungsi mulut seseorang, sakit yang parah atau mengamankan kualitas hidup tetap berlaku.
Baca juga:

WHO mengatakan bahwa jika memungkinkan, pasien harus diskrining secara terpisah sebelum melakukan janji. Organisasi itu juga mengatakan dokter gigi memiliki risiko tinggi terinfeksi SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19.
Prosedur mereka melibatkan komunikasi tatap muka dan sering terpapar air liur, darah, dan cairan tubuh lainnya serta penanganan peralatan tajam. Akibatnya, mereka berisiko tinggi terinfeksi SARS-CoV-2 atau menularkan infeksi kepada pasien, demikian WHO menyebutkan.
Ini terjadi pada prosedur penghasil aerosol (AGP) termasuk pembersihan gigi dengan scaler dan pemolesan ultrasonik, bekerja dengan handpiece berkecepatan tinggi atau rendah, pencabutan gigi dengan operasi, dan penempatan implan.
Panduan tersebut mencantumkan cara-cara di mana gigi tiruan yang rusak dan peralatan ortodontik, serta karies gigi yang luas, dapat dirawat sambil meminimalkan atau menghindari AGP.
Benoit Varenne dari WHO mengatakan bahwa penyakit mulut adalah beban kesehatan yang terabaikan di banyak negara, mempengaruhi orang sepanjang hidup mereka.
"Di tingkat global, perkiraan terakhir yang tersedia menunjukkan 3,5 miliar orang terkena penyakit mulut. Karies gigi yang tidak diobati pada gigi permanen adalah kondisi kesehatan yang paling umum pada manusia," jelas Varennee.
Dia mengatakan, dalam sebuah survei sebanyak 75 persen negara anggota WHO menyebutkan bahwa layanan gigi terganggu seluruhnya atau sebagian selama pandemi berlangsung. Varenne prihatin pada ketersediaan alat pelindung diri bagi dokter gigi yang bekerja selama pandemi. (lgi)
Baca juga:
Bagikan
Leonard
Berita Terkait
Ratusan Ribu Anak Indonesia Alami Gigi Berlubang, Sakit Gigi Bisa Timbulkan Penyakit Sistemik

Lirik Lengkap 'Semua Kan Terjawab' dari GIGI

Gigi 'Menari-nari' Menuju Era Baru, Tetap Setia pada Akar Musiknya

Perawatan Gigi dan Scaling bisa Cegah Penyakit Kronis, Penyakit Gigi dan Gusi

Indonesia Masih Kekurangan 10 Ribu Dokter Gigi untuk Pemerataan Layanan Kesehatan

Dari Cek Kesehatan Gratis Menkes Baru Tahu Penyakit Gigi Paling Banyak Diderita, Tapi Puskesmas Tidak Punya Dokter Gigi

Kembali Bernostalgia, ini Lirik Lengkap Lagu 11 Januari Milik Gigi

Sukses dan Meriah, Gigi Tutup Perayaan Pergantian Tahun 2025 di Magical Sparks Hotel Episode

Episode Hotel Gading Serpong Gelar 'Magical Spark', Hadirkan GIGI

Memahami Pentingnya Scaling Gigi untuk Kesehatan Mulut
