Sejumlah Negara Tertarik Danai Film Tentang Pesantren


Film tentang santri yang disukai oleh asing (Sumber: Istimewa)
PUBLIK masih terbagi dua dalam memandang sistem pendidikan di pesantren. Beberapa menilai positif para santri yang ngilmu di pesantren. Sementara lainnya masih memandang negatif para santri. Dalam situasi ekstrem, ada yang mengaitkan pesantren dengan terorisme.
Hal itu pula yang melatarbelakangi Shalahuddin Siregar membuat film Pesantren. "Saya menyayangkan kenapa ada perspektif pesantren lulus jadi teroris," ujarnya.
Baca juga:

Tinggal di dekat sebuah pesantren tua dan besar membuat ia kerap kali berjumpa dengan santri. Sesekali makan di warung makan yang sama dan lain-lain. Dan persepsinya jauh sekali dari kebarbaran yang digambarkan oleh publik.
"Walaupun saya cukup sering bertemu mereka, saya belum banyak tahu tentang kehidupan mereka. Tidak cukup mengenal pesantren apa yang mereka pelajari di pesantren karena mereka tertutup. Jadi saya ingin tahu lebih dalam melalui film ini," tuturnya.

Sebelum mulai menggarap film, ia melakukan observasi terlebih dahulu selama setahun dari 2015 hingga 2016. Ia pun harus bolak balik demi mendalami kehidupan para santri. Ketika mengenal mereka lebih jauh, betapa terkejutnya ia bahwa ternyata kehidupan santri jauh dari stigma yang selama ini beredar di masyarakat.
"Justru itu mengubah pandangan saya bahwa santri tidak ada beda dengan anak di luar. Ternyata di pesantren, para santri diajarkan menghargai perbedaan sesama manusia. Ada momen tertentu yang ingin saya abadikan dalam film," ucapnya.
Baca juga:
Ketika syuting di tahun 2017, ia lebih intens berinteraksi dengan para santri. "Kalo lagi break saya keliling-keliling asrama putra ngobrol sama mereka. Mereka sudah biasa cuma mereka belum tahu filmnya akan seperti apa," bebernya.
Kesulitan hanya datang kalau ada siswa baru. "Repotnya kalau pas syuting ada santri baru. Jadi adaptasi lagi," jelasnya.

Selama pembuatan film Pesantren, Shalahuddin mengaku mendapat dukungan pendanaan dari negara asing. Misalnya, Kedutaan Denmark dan Afrika Selatan. Sementara untuk publikasinya didukung oleh Dua stasiun TV asing, yakni Aljazeera TV yang berbasis di Qatar dan NHK Jepang. Adapun proses editing dilakukan di Berlin, Jerman.
Setelah rampung digarap, film Pesantren tayang secara perdana di International Documentary Film Festival Amsterdam (IDFA) pada tahun 2019. Pesantren dinilai penyelenggara IDFA mampu mewakili tema festival karena dapat mengenalkan sisi yang cahaya dan jenaka dalam kehidupan pesantren.
Walaupun film tersebut banyak menuai pujian di kancah internasional, ada satu hal yang disayangkan oleh Shalahuddin. "Pendanaan film Pesantren dari luar negri semua," jelasnya. Ia berharap Indonesia mau lebih menaruh perhatian pada film-film yang lekat dengan budaya bangsa. (Avia)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
'Demon Slayer: The Movie - Infinity Castle' Kembali Pimpin Chart Box Office AS, Jadi Film Anime Terlaris Sepanjang Masa

Suzzanna Universe Berlanjut, 'Santet Dosa di Atas Dosa' Segera Meneror Bioskop

Tom Holland Alami Gegar Otak Ringan, Syuting 'Spider-Man: Brand New Day' Dihentikan Sementara

Skenario Ditulis Edwin dan Eka Kurniawan, Bagaimana Sinopsis Film Horor Fantasi 'Monster Pabrik Rambut’?

Ketika Ibu Hadir Kembali Lewat Teknologi AI, Film 'Mothernet (Esok Tanpa Ibu)' Siap Tayang di Bioskop 22 September 2025

Dari Gunung Bersalju ke Benteng Angker, Kisah Film Horor Mendatang Netflix ‘The Boy in the Iron Box’

Film Pesugihan Sate Gagak: Kaya Raya karena Setan Langganan Sate, Intip Sinopsisnya

Jack Black dan Paul Rudd Bintangi Remake 'Anaconda', Siap Tayang Akhir Tahun 2025

Faza Meonk Buka Peluang 'Si Juki x Black Jack: Operasi di Kyokarta' Bakal Dibikin Film

Dari Horor Komedi hingga Psikologis, Sederet Film ini Bisa Masuk Daftar Tontonan di September 2025
