Sebelum Dipasang Prasasti, Masih Ada Masyarakat Tak Kenal Dewi Sartika


Nama Raden Dewi Sartika diabadikan di taman dan jalan di Kota Bandung. (Foto: Kilas Bandung News)
PEMERINTAH Kota Bandung meresmikan prasasti Raden Dewi Sartika, pahlawan nasional perintis pendidikan untuk kaum perempuan di masa kolonial. Prasasti ini berbentuk patung perempuan yang letaknya di tengah-tengah Taman artika, Bandung.
Namun karena tanpa dilengkapi prasasti sebelumnya, banyak masyarakat tak mengetahui siapa sosok dibalik patung tersebut. Akhirnya, Pemerintah Kota Bandung merenovasi dengan menambahkan prasasti berisi gagasan pengajaran dari Raden Dewi Sartika.
Baca Juga:

Peresmian prasasti dilakukan Wali Kota Bandung, Oded M Danial, masih dalam suasana Hari Pendidikan Nasional, Senin (3/5). Raden Dewi Sartika merupakan sosok perintis pendidikan untuk kaum perempuan Indonesia. Pada tahun 1904 tepatnya 16 Januari, Dewi Sartika berhasil mendirikan Sakola Isteri pertama di Bandung.
Saat ini, sekolah yang terletak di Jalan Kautamaan Isteri No.12 Kota Bandung tersebut ditetapkan pemerintah sebagai situs sejarah serta menjadi SD Swasta Dewi Sartika dan SMP Swasta Dewi Sartika. Tak hanya itu, jasa dan perjuangannya memajukan pendidikan perempuan membuat sosok Dewi Sartika kembali mendapatkan penghargaan. Namanya telah lama digunakan sebagai nama Jalan dan Taman di Kota Bandung.
"Kita dituntut untuk mereview, di tataran Sunda kita punya seorang inohong (tokoh) pendidikan yang sangat luar biasa. Jadi yang datang tidak hanya sekedar melihat, tetapi mereka bisa mengetahui dengan membaca pesan-pesan penting dari beliau," tutur Oded usai meresmikan.
Menurut Oded, sosok Dewi Sartika bukan hanya sekedar tokoh pendidikan, melainkan dengan gagasan yang dimilikinya ia mampu melawan penjajah dan akhirnya berhasil mendapat penghargaan Bintang Emas dari pemerintah Hindia Belanda pada masa itu.
Oleh karenanya, Oded meminta kepada generasi muda untuk meneruskan perjuangan Dewi Sartika dalam membangun pendidikan karakter. Sehingga bisa menjadi pribadi bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun orang banyak.
Baca Juga:
Cegah Vandalisme, Jalan Sudirman Direvitalisasi dengan Mural

"Melawan penjajah bukan hanya sekedar oleh fisik dan senjata saja, tapi dia memiliki gagasan yang luar biasa, melawan penjajah yaitu membangun pendidikan karakter. Pendidikan karakter harus terus ditumbuhkan, karena dengan karakteristik, bangsa ini menjadi bangsa yang kuat," katanya.
Di tempat sama, Ketua Yayasan Awika (Ahli Waris Pahlawan Nasional Dewi Sartika), Dini Dewi Krisna berharap, adanya prasasti bisa memberi pengetahuan kepada pengunjung. Sehingga mereka bisa mencontoh sosok Dewi Sartika.
"Prasasti ini bukan hanya sebagai lambang tapi sebagai contoh, perjuangan ibu Dewi Sartika untuk diikuti oleh generasi penerus. Karena di umur 9 tahun beliau membantu perempuan untuk pintar dan berhasil mendirikan sekolah di masa penjajahan Belanda," kenang Dini yang juga cucu dari Dewi Sartika.
Sementara itu, Iwan Kurniawan, cicit Dewi Sartika meminta khususnya kepada warga Bandung untuk sama-sama merawat dan menjaga prasasti agar tidak ada aksi vandalisme maupun pencurian. Karena, prasasti merupakan aset bersama milik warga Bandung.
"Secara umum, apa yang ditulis di sana, keluarga sudah menyepakati untuk ditampilkan di area Balai Kota untuk dinikmati sebagai edukasi publik," tutur Iwan. Ia berharap sosok Dewi Sartika lebih banyak dikenal oleh generasi muda, bisa menjadi panutan bagi setiap generasi. (Iman Ha/Jawa Barat)