Musik

Peneliti Ungkap Beda Nasib Pemenang dan Pecundang dalam Grammy

Hendaru Tri HanggoroHendaru Tri Hanggoro - Sabtu, 16 Juli 2022
Peneliti Ungkap Beda Nasib Pemenang dan Pecundang dalam Grammy

Sebuah studi baru menunjukkan bahwa pemenang Grammy cenderung lebih berani mencoba musik baru. (grammy.com)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

BAYANGKAN kamu adalah seorang musisi dan berhasil meraih penghargaan Grammy. Setelah menyeka air mata dan berterima kasih kepada orangtua, kamu berharap dapat menjual lebih banyak album. Seperti album 21 milik Adele yang meningkat 207 persen setelah dia menyabet gelar album terbaik pada Grammy 2012. Kemenangan di ajang Grammy akan memperkuat posisi tawarmu.

Kemenangan akan memberi musisi keuntungan di ruang negosiasi. "Ini memengaruhi kemampuan kamu untuk menarik perhatian, sehingga memberimu kesepakatan yang lebih baik, kontrak yang lebih baik," kata Harvey Mason Jr, CEO Recording Academy, kepada Billboard awal tahun ini.

Namun, efek Grammy tak berakhir di situ. Sebuah studi baru yang dilakukan tiga peneliti menunjukkan, pemenang Grammy cenderung lebih berani mencoba musik baru dan membuat inovasi gaya pada rekaman berikutnya.

"Contohnya Fleetwood Mac yang beralih dari Rumours ke Tusk. Penulisan lagunya lebih beragam. Dalam Tusk kamu bahkan mendengar pengaruh dari post-punk. Ini album yang sangat berbeda," kata Giacomo Negro, Profesor Sosiologi dari Emery University, salah satu yang menulis penelitian tersebut.

“Atau lihat U2, yang memenangkan album of the year untuk Joshua Tree [tahun 1988]. Album utama mereka berikutnya adalah Achtung Baby, yang memiliki unsur dance dan krautrock. Jadi kamu mulai melihat bahwa memenangkan Grammy memiliki konsekuensi nyata bagi artis dan penonton mereka," ujar Negro seperti diberitakan BBC (15/7).

Baca juga:

Grammy Awards Umumkan Penghargaan Terbaru, Apa Saja Kategorinya?

penelitian grammy award
Kemenangan di ajang Grammy akan memperkuat posisi tawarmu. (Twitter/@RecordingAcad)

Efek lain yang mengejutkan

Penelitian efek Grammy pada musisi dilakukan oleh tiga akademisi AS : Giacomo Negro, Balázs Kovács di Yale, dan Glenn R Carroll dari Stanford. Hasil penelitian akan terbit dalam American Sociological Review bulan depan.

Tim peneliti mempelajari lima dekade penghargaan Grammy untuk mencapai kesimpulan mereka. Mereka mengumpulkan data setiap Grammy Award dalam kategori the big four (album terbaik, artis baru terbaik, rekaman, dan lagu tahun ini) dari awal penghargaan pada 1959 hingga 2018 saat Bruno Mars menjadi pemenang dominan.

Mereka juga mengategorikan lebih dari 125 ribu kopi album berdasarkan atribut seperti genre, gaya, kunci, tempo, energi, kemampuan menari, dan "akustik", menggunakan tag dari basis data musik daring AllMusic, dikombinasikan dengan metadata yang digunakan Spotify untuk mengklasifikasikan masing-masing lagu.

Itu memungkinkan mereka untuk menghitung ciri "khas" dari genre musik dan menganalisis sejauh mana sebuah album menyimpang dari suara itu.

Dari penelitian itu, mereka mempunyai temuan lain yang lebih mengejutkan. Musisi yang dinominasikan untuk penghargaan, tetapi tidak menang, bernasib ke arah yang berlawanan. Para musisi itu membuat rekaman yang kurang unik, dengan ciri yang lebih dekat dengan musik yang ada di genre yang sama.

"Hasilnya, sistem penghargaan tampaknya memberikan efek mengerikan pada diferensiasi artistik meskipun niat sponsor penghargaan seringkali sebaliknya," ungkap tim peneliti.

Baca juga :

Grammy Beri Penghormatan untuk Taylor Hawkins

penelitian grammy
Mereka yang kalah dalam daftar nominasi, mempertahankan basis penggemar mereka dengan membuat musik yang terdengar akrab. (Twitter/@RecordingAcad)

Sindrom Medali Perak

Penelitian menunjukkan bahwa pemenang Grammy cenderung tetap berada dalam batasan genre yang mereka pilih. Hanya setelah menang suara mereka berubah.

Tim menyatakan hal itu karena kombinasi kepercayaan dan pengaruh yang datang dari kemenangan-dengan artis yang mampu menantang tuntutan komersial dari label rekaman mereka dan menuntut lebih banyak sumber daya untuk merekam musik baru.

Namun, Negro mengamati, rekaman yang lebih eksperimental sering berkinerja buruk, dibandingkan dengan pendahulunya. "Musik berikutnya tidak selalu menerima pujian kritis yang lebih tinggi, atau penjualan yang lebih tinggi," katanya.

"Ini teka-teki yang menarik, ketika musisi mengambil jalan yang berbeda, pendengar justru tidak selalu mengikuti," ujarnya.

Sebaliknya, mereka yang kalah dalam daftar nominasi, mempertahankan basis penggemar mereka dengan membuat musik yang terdengar akrab. Studi ini tidak dapat menjelaskan mengapa musisi menjadi lebih konservatif jika tidak mendapat penghargaan. Tim berspekulasi mungkin itu karena fenomena yang dikenal sebagai 'sindrom medali perak'.

Sindrom ini dikenalkan oleh psikolog William James dalam bukunya, The Principles of Psychology, pada 1892. Sindrom ini tergambar secara jelas lewat komedian Jerry Seinfeld, yang pernah menyatakan dirinya lebih suka berada pada posisi terakhir dalam perlombaan daripada memenangkan perak.

"Kamu beroleh emas, kamu merasa baik. Kamu meraih perunggu, kamu berpikir, 'Ya, setidaknya saya mendapat sesuatu'. Tapi jika kamu mendapat perak, itu seperti, 'Selamat, kamu hampir menang. Dari semua yang kalah, kamu berada di urutan pertama grup itu. Kamulah pecundang nomor satu," jelas Jerry.

Menurut Negro, reaksi negatif ketika 'nyaris sukses' itu bisa membuat musisi ragu-ragu akan insting mereka, atau bahkan mencoba meniru 'musisi legendaris'. Pada akhirnya, tim peneliti mengajukan pertanyaan provokatif, "Apakah dunia musik lebih baik tidak menerbitkan senarai nominasi?"

"Perubahan dalam sistem seperti itu tidak akan lagi mendorong perilaku konvensional seniman terpilih," ungkap tim peneliti. Tapi sebaliknya, mempublikasikan senarai nominasi tampaknya akan mempromosikan penjualan album meskipun musisi tidak menang. Sekarang bola ada di tangan Grammy. Terserah mau melakukan apa. (aru)

Baca juga:

Grammy Awards 2022 Buat Segmen Khusus untuk Perdamaian Ukraina

#Musik #Grammy Award #Sains
Bagikan
Ditulis Oleh

Hendaru Tri Hanggoro

Berkarier sebagai jurnalis sejak 2010 dan bertungkus-lumus dengan tema budaya populer, sejarah Indonesia, serta gaya hidup. Menekuni jurnalisme naratif, in-depth, dan feature. Menjadi narasumber di beberapa seminar kesejarahan dan pelatihan jurnalistik yang diselenggarakan lembaga pemerintah dan swasta.

Berita Terkait

ShowBiz
ELEMENT dan Karin.Kemayu Hadirkan 'Book of Soundtrack: Bukan Sekadar Cinta', Sinergi Musik dan Sastra tentang Cinta yang Melampaui Batas
Grup musik ELEMENT berkolaborasi dengan penulis Karin.Kemayu dalam proyek lintas media 'Book of Soundtrack: Bukan Sekadar Cinta', menggabungkan musik dan novel dengan pesan cinta yang melampaui batas.
Ananda Dimas Prasetya - 1 jam, 15 menit lalu
ELEMENT dan Karin.Kemayu Hadirkan 'Book of Soundtrack: Bukan Sekadar Cinta', Sinergi Musik dan Sastra tentang Cinta yang Melampaui Batas
Fun
Lirik Lengkap Lagu 'Ressurrection' dari CLAIRE, Kembali Viral Sejak Dirilis 2013
Lirik lagu Ressurrection dari CLAIRE sudah dirilis sejak 2013. Lagu tersebut memiliki durasi sekitar 3 menit 15 detik.
Soffi Amira - Selasa, 11 November 2025
Lirik Lengkap Lagu 'Ressurrection' dari CLAIRE, Kembali Viral Sejak Dirilis 2013
Indonesia
Ariel Minta DPR Perjelas Aturan Hak Cipta agar Penyanyi tak Dikriminalisasi
Ketidakjelasan sistem dapat membebani para penyanyi dan pengguna lagu.
Dwi Astarini - Selasa, 11 November 2025
Ariel Minta DPR Perjelas Aturan Hak Cipta agar Penyanyi tak Dikriminalisasi
ShowBiz
New Found Glory Hadirkan 'Treat Yourself', Single Baru Jelang Album Mendatang
New Found Glory menghadirkan pesan tentang pentingnya bersikap lebih lembut pada diri sendiri ketika menghadapi masa-masa sulit.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 11 November 2025
New Found Glory Hadirkan 'Treat Yourself', Single Baru Jelang Album Mendatang
ShowBiz
Jade LeMac Rayakan Sisi Rapuh Manusia Lewat EP 'It’s Always at Night'
Jade mengeksplorasi berbagai fase dalam perjalanan cinta lewat EP It’s Always at Night.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 11 November 2025
Jade LeMac Rayakan Sisi Rapuh Manusia Lewat EP 'It’s Always at Night'
ShowBiz
Lama Vakum, Hilary Duff Akhirnya Kembali dengan Single 'Mature'
Lagu Mature menampilkan Hilary Duff yang jauh lebih dewasa, reflektif, dan penuh kepercayaan diri.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 11 November 2025
Lama Vakum, Hilary Duff Akhirnya Kembali dengan Single 'Mature'
ShowBiz
EJAE Kehabisan Kata-Kata, Dapat Nominasi Grammy Awards untuk lagu 'GOLDEN'
Ini pertama kali K-pop masuk kategori umum.
Dwi Astarini - Senin, 10 November 2025
 EJAE Kehabisan Kata-Kata, Dapat Nominasi Grammy Awards untuk lagu 'GOLDEN'
ShowBiz
Olivia Dean Ceritakan Momen Ketika Cinta Hadir Secara Alami di Lagu So Easy (To Fall In Love), Simak Lirik Lengkapnya
Olivia menghadirkan pesan bahwa ketika dua hati sama-sama terbuka, jatuh cinta bisa terasa begitu mudah, layaknya bernapas.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 10 November 2025
Olivia Dean Ceritakan Momen Ketika Cinta Hadir Secara Alami di Lagu So Easy (To Fall In Love), Simak Lirik Lengkapnya
ShowBiz
Lagu 'Ngga Dulu' Akbar Chalay Featuring Ciloqcliq dan Zynakal Viral di TikTok, Simak Lirik Uniknya
Popularitas lagu Ngga Dulu melonjak pesat di media sosial berkat potongan liriknya yang catchy.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 10 November 2025
Lagu 'Ngga Dulu' Akbar Chalay Featuring Ciloqcliq dan Zynakal Viral di TikTok, Simak Lirik Uniknya
ShowBiz
Danilla Selami Renungan Filosofis Cinta di Lagu 'Konyol', Simak Lirik Lengkapnya
Lagu Konyol hadir sebagai semacam surat cinta Danilla terhadap absurditas dan keanehan cinta.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 10 November 2025
Danilla Selami Renungan Filosofis Cinta di Lagu 'Konyol', Simak Lirik Lengkapnya
Bagikan