Makam Kapitan Tionghoa Tertua Ditemukan di Lasem


Makam kuno kapitan Tionghoa tertua di Lasem ditemukan.(foto: dok Yayasan Lasem Heritage/Agni Malagina)
EL Mahdi bersama fotografer Sigit Pamungkas menyusuri Desa Sumbergirang, Lasem, Rembang, Jawa Tengah, Sabtu (9/9). Dengan mengandalkan ingat masa kecilnya, El Mahdi menyisik rerimbunan demi mencari sebuah bongpai (nisan makam Tionghoa).
“Saya kecil pulang sekolah mandi di sungai lalu duduk-duduk di makam ini. Dari dulu makam ini sendirian. Terakhir saya ke sini ya 40 tahun lalu,” kenang El Mahdi yang karib dipanggil Kohlam dalam keterangan resmi yang diterima Merahputih.com, Senin (11/9). Struktur makam itu masih utuh walaupun bongpainya retak. “Sepertinya akibat dipukul dengan benda keras. Dulu makam-makam Tionghoa banyak dijarah,” imbuh Kohlam.
BACA JUGA:
Objek diduga cagar cudaya (ODCB) berupa struktur makam kuno Tionghoa ini ditemukan dalam kegiatan yang dilakukan pegiat makam kuno Lasem bersama Yayasan Lasem Heritage telah. Makam Kapitan Tionghoa Lasem yang diketahui sebagai yang tertua itu terletak di tanah bengkok Desa Sumbergirang. “Tepatnya di sebelah timur Pondok Pesantren As Sholatiyah. Dulu saya bersekolah di sana,” katanya.

Peneliti budaya Tionghoa Lasem Agni Malagina menjelaskan bongpai tersebut merupakan nisan seorang pejabat Tionghoa Lasem bergelar Kapitan dengan nama Li Heng Yi. “Asal kampunya Jing Yi, julukan lama dari Nanjing. Terletak di Zhangzhou, Provinsi Fujian, Tiongkok. Nisan tersebut didirikan pada tahun pertama Pemerintahan Kaisar Daoguang, yaitu pada 1820/1821. Istrinya bernama Su Rou Fan, bergelar bangsawan Taigongren yang biasanya merupakan gelar dari ibu atau nenek dari pejabat tingkat keempat (masa Kekaisaran Qing),” jelas Agni yang telah melakukan pendataan epigrafi Tionghoa di Lasem selama dua tahun terakhir.
Lebih lanjut Agni memaparkan makam tersebut menyebutkan tiga nama anak, yakni Qi/Ji Jin, Zhong Er, Shu Lin, dan satu cucu, Run Ze. “Sejauh yang saya tahu, ini makam Kapitan tertua di Lasem yang pernah kami temukan,” katanya.
Bersama Yayasan Lasem Heritage, Agni telah menemukan setidaknya enam makam pejabat Tionghoa Lasem yang namanya terdaftar dalam Almanak van Nederlandsch Indie dan Regeerings Almanak mulai 1815 hingga 1942. Catatan tertua Almanak Belanda yakni Liem Kisiong, Kapitan dari Keluarga Rumah Lawang Ombo, pada 1837. Menurut Agni, tidak terdapat nama kapitan lainnya sebelum 1837. Kapitan di Rembang baru tercatat pada 1829.
BACA JUGA:
“Belum ada nama Kapitan Tionghoa Lasem yang lebih tua daripada Liem Kisiong (1837). Penemuan Nisan Kapitan Lie ini membuka fakta baru bahwa ada Kapitan lain yang diperkirakan menjabat mulai akhir abad 18 hingga awal abad 19. Namanya tidak tercatat dalam catatan resmi Belanda. Mungkin masih ada kapitan lainnya. Saya belum menemukan sumber lain catatan kapitan di Lasem selain dari sumber Almanak. Catatan Tionghoa Lasem mayoritas telah hilang atau dihilangkan dengan beberbagai alasan terutama pada 1965,” ujar Agni.
Perlindungan ODCB sangat diperlukan. Menurut Agni, struktur makam ODCB Kapitan Lasem tertua ini memiliki nilai penting sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan kebudayaan. “Alur pelestarian harus kita perhatikan dari pelindungan, pengembangan, pemanfaatan. Pelindungan struktur Cagar Budaya itu utama, jangan langsung lompat untuk pemanfaatan bidang pariwisata,” tegas Agni.
Atas temuan ini, Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Rembang yang diwakili Retna Dyah Radityawati menyampaikan apresiasi. “Kerja Yayasan Lasem Heritage melalui temuan baru ini semoga makin menambah (data) sejarah panjang Lasem terutama tokoh-tokohnya. Akan kami data dan inventarisasi sebagai ODCB dan segera menindaklanjuti dengan laporan supaya ada kajian dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah X,” katanya.

Yayasan Lasem Heritage bersama para pegiat makam kuno di Lasem dan pemerintah daerah berkomitmen membersihkan dan merawat makam tokoh Tionghoa yang sebelumnya tidak pernah diketahui. Hal itu mengingat Lasem Kota Lama telah ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya peringkat Kabupaten Rembang pada 2021.
“Kami mendata makam kuno Tionghoa dan akan menyebarkan semangat pelestarian di Kawasan Cagar Budaya Lasem apalagi kami masih berusaha dan berproses menjadi Kawasan cagar budaya nasional,” kata Kohlam. Komunitas pegiat budaya Lasem telah melakukan riset bersama Kemendikbudristek terkait dengan usaha menjadikan Lasem sebagai kawasan cagar budaya nasional sejak 2019.(*)
BACA JUGA:
Lacak Jejak Cheng Ho dan Sang Juru Mudi di Pelabuhan Kuno Lasem
Bagikan
Berita Terkait
Airbnb & SEVENTEEN Hadirkan Pengalaman Eksklusif di Seoul, LA, dan Tokyo, Bikin Pengalaman tak hanya Konser Biasa

Selamatkan Putrinya yang Jatuh ke Laut, Seorang Ayah Melompat dari Kapal Pesiar Disney Dream

Momen Libur Panjang Waisak, KAI Daop 6 Kerahkan KA Tambahan

Tim Siber Polisi Pantau Percakapan Pemesanan Travel Gelap untuk Mudik Lebaran

Seoul Diserbu 13 Juta Wisatawan, Istana Kerajaan Jadi Magnet Baru

Mineral King, Proyek Ski Resort Impian Walt Disney yang Tak Pernah Terwujud

Kebanggan Bulukamba, Festival Pinisi Masuk Daftar KEN 2025

Polisi Amankan 100 Travel Gelap, Biar Enggak Cari Penumpang Saat Lebaran

Solo Traveling Jadi Ekspresi Self-Love di Hari Valentine, Jepang Destinasi Paling Favorit

Korsel Keluarkan Travel Advisory untuk Santorini dan Pulau Yunani Lainnya akibat Ratusan Gempa
