Parenting

Ibu Penentu Tantrun Tantrum pada Anak

Dwi AstariniDwi Astarini - Rabu, 08 Agustus 2018
Ibu Penentu Tantrun Tantrum pada Anak

Watak ibu menentukan emosi anak. (foto: pixabay/publicdomainpictures)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

SETIAP anak memiliki keunikan masing-masing. Anak di tahap usia yang sama bisa memiliki kepribadian dan watak berbeda satu sama lain. Ada anak yang tenang dan bersikap dewasa, tapi ada pula anak yang memiliki emosi meledak-ledak. Perbedaan karakter seorang anak tak hanya ditentukan pola asuh, tetapi watak ibu mereka.

Sebuah studi ilmu parenting menemukan fakta bahwa semakin besar kontrol emosi dan kemampuan memecahkan masalah yang dimiliki seorang ibu, semakin kecil kemungkinan anaknya memiliki masalah perilaku seperti tantrum atau berkelahi.

Ibu yang tetap memegang kendali emosional tidak akan menyerang anaknya secara verbal. Ibu dengan kecerdasan emosional tidak akan terlalu mengekang anaknya. Pola asuh kasar secara verbal atau terlalu mengontrol anak berkaitan dengan masalah perilaku anak.

Pola asuh ibu menentukan emosi anak. (foto: pixabay/5540867)

“Ketika kamu kehilangan kendali atas hidupmu, itu berdampak pada bagaimana dirimu saat menjadi orangtua,” ujar Ali Crandall, asisten profesor ilmu kesehatan masyarakat di Universitas Brigham Young. Kekacauan yang dibuat orangtua secara langsung dan tak langsung memengaruhi perilaku anak.

Untuk penelitian yang diterbitkan dalam jurnal akademik Family Relations, Crandall dan rekannya dari John Hopkins University melibatkan 152 ibu yang memiliki anak usia 3 hingga 7 tahun. Usia para ibu tersebut berkisar 21 hingga 49 tahun. Kontrol emosi tersebut diukur melalui kuesioner yang menanyakan seberapa sering subjek melakukan hal-hal, seperti meledak marah atau bereaksi berlebihan terhadap masalah kecil. Kontrol kognitif tersebut diukur melalui serangkaian tugas. Sementara itu, fungsi eksekutifnya ialah apa yang membantu mereka mengelola kekacauan, cara mencapai tujuan harian, dan perencanaan.

Setelah para peneliti mencatat kontrol emosi, mereka memberikan serangkaian kuesioner untuk mengidentifikasi sikap pengasuhan, tingkat pengasuhan verbal yang kasar, dan jumlah masalah perilaku yang ditunjukkan anak-anak mereka. Hasilnya, mereka menemukan bahwa ibu dengan kontrol emosi dan kognitif lebih tinggi cenderung tidak memiliki keluhan atas sikap buruk anaknya. Anak-anak mereka juga tidak pernah mengamuk saat keinginan mereka tidak dipenuhi. Mereka juga menemukan hubungan antara kontrol emosi ibu dan kemampuan dan pola pengasuhan. Ibu yang cerdas secara kognitif cenderung tak melihat perilaku anaknya secara negatif.

Crandall menyarankan para orangtua untuk mengurangi perilaku kekerasan secara verbal. Cara tersebut dinilai efektif membantu para ibu meningkatkan kapasitas kontrol emosi dan kognitif.

Kontrol emosi bisa naik dan turun. Tubuh kita memberi sinyal jika kontrol emosi kita sedang menurun. “Tanda yang jelas ialah jika kita merasa terganggu, mudah tersinggung atau lelah,” ujar Kirby Deater-Deckard, profesor ilmu psikologi di Umass Amsherst. Salah satu rekan Crandall yang turut melakukan penelitian tersebut juga menuturkan bahwa orangtua bisa mengambil waktu untuk sendiri jika menemukan sinyal-sinyal tersebut muncul. Perbaikan kecil dalam beberapa hal dasar dapat membuat perbedaan yang signifikan bagi orangtua.

Cara lain yang bisa dilakukan untuk meningkatkan untuk kontrol emosi ialah dengan tidur, olahraga, dan makan yang cukup. “Kita harus menciptakan lingkungan yang sehat dan membantu kita bertindak sebaik-baiknya,” tukas Crandall.(Avi)

Bagikan
Ditulis Oleh

Iftinavia Pradinantia

I am the master of my fate and the captain of my soul
Bagikan