Frozen Food, Bisnis Enggak Cengeng di Tengah Pandemi

Dwi AstariniDwi Astarini - Rabu, 24 Juni 2020
Frozen Food, Bisnis Enggak Cengeng di Tengah Pandemi

Frozen food bisa jadi solusi enggak cengeng di masa pandemi. (foto: kitchen of indonesia)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

KEDUA tangannya lihai menuangkan adonan itu ke atas wajan teflon. Tak sampai satu menit, adonan tersebut berubah menjadi kulit risoles. Dalam waktu kurang dari 30 menit, ia bisa menghasilkan puluhan kulit risoles.

Setelah itu, ia mengisi setiap kulit risoles dengan tiga macam isian, seperti sosis saus bolognaise, sosis saus mayones, atau sayuran. Semua risoles sudah terisi. Ia langsung menggulung dan melipatnya. Tidak lupa setiap kulit risoles dibalut tepung roti. Proses pembuatan frozen food risoles pun selesai.

BACA JUGA:

MEInang! Usaha Bersemi kala Pandemi

Risoles setengah matang tersebut kemudian dikemas dalam kotak plastik. Setiap kotak berisi 8-10 risoles. Begitulah aktivitas harian Mayhana, pemilik bisnis frozen food bernama Ngahana. "Dalam seminggu bisa dapay order sampai ratusan risol," tutur Mayhana kepada Merahputih.com.

Sebelum pandemi, Mayhana ialah orang kantoran biasa. Dia dirumahkan sementara oleh kantornya karena imbas COVID-19. Alih-alih mengeluh karena harus dirumahkan, Mayhana memilih bersabar. Ia sadar banyak orang merasakan hal sama dengannya di tengah pandemi ini.

ngahana
Produk risoles dari @ngahana.id. (foto: Instagram @ngahana.id)

Perempuan 26 tahun itu enggak cengeng di tengah pandemi. #DiRumahSaja malah membuatnya memberanikan diri untuk membuka bisnis yang sudah lama ia wacanakan. "Dari pandemi ini pelajaran yang aku dapat. Aku jadi berani mulai bisnis," tambahnya.

Semula Mayhana memang hanya iseng. Setelah dirumahkan sementara saat Ramadan 2020, ia menggunakan waktu luang untuk membuat risoles yang dijadikan takjil buka puasa. Respons dari keluarga dan teman-temannya positif. Risoles buatan Mayhana lezat. Ia mendapat dukungan untuk mulai membisniskan risoles rumahan buatannya itu. "Awalnya memang untuk konsumsi sendiri. Tapi daripada di rumah enggak ngapa-ngapain, mendingan menghasilkan uang," imbuhnya.

ngahana
Menyediakan berbagai risoles frozen. (foto: istimewa)

Penjualan risoles Ngahana menggunakan sistem pre-order. Setiap dua hari sekali, ia akan memasang iklan di media sosial semisal Instagram @ngahana.id dan WhatsApp. Tanpa menunggu lama, sejumlah pelanggan, termasuk tetangga sekitar rumahnya langsung memesan setelah iklan terbaru Ngahana diunggah. "Untuk pengirimannya menggunakan paxel, Gojek, dan Grab," papar perempuan yang tinggal di kawasan Kota Tangerang ini.


Dari Masalah Lahir Inovasi

kraras bali
Nugget pisang pun dibuat versi frozen. (foto: dok. Kraras Bali)


Memulai bisnis baru di bidang kuliner tepat di tengah pandemi memang butuh keberanian. Bagaimana tidak, bisnis kuliner yang sudah berjalan saja masih harus putar otak agar bisa bertahan di masa sulit ini. Hal itu diakui Riawati yang telah merintis usaha kuliner Kraras Bali sejak 10 tahun lalu.

Perempuan yang akrab disapa Atik itu memulai bisnis kue bersama sang ibu satu dekade lalu. Sang ibu memang dikenal piawai memasak. Ia bahkan kerap diminta membantu memasak untuk hajatan kerabat atau tetangga. Selain itu, Atik hobi baking. "Tadinya mau kuliah di dunia pastry, tapi enggak ada izin dari orangtua. Jadi masak sebagai hobi. Setiap baking, hasilnya dibagikan ke teman. Ternyata banyak yang suka dan mulai memesan," ujarnya saat berbincang dengan Merahputih.com via pesan Whatsapp.

Saat memulai bisnis kue pertama kali, Atik dan sang ibu hanya menyediakan kue khas Bali. Penjualan pun masih dengan promosi dari mulut ke mulut di seputaran rumah mereka di Klungkung. Jaje iwel dan begina (sejenis rengginang) ialah dua produk andalan mereka. Kedua produk itu selalu ludes terjual di masa hari raya. Tak jarang, ia bahkan kewalahan melayani pesanan.

kraras bali
Awalnya menjual kue tradisional Bali, iwel dan begina. (foto: Instagram @kraras_bali)

Seiring waktu, ia meluaskan bisnisnya dengan variasi produk dan memberikan nama. Ia memilih nama Kraras Bali. Promosi pun berkembang lewat media sosial Instagram @kraras_bali. Kue yang dijual pun bertambah. Selain kue tradisional Bali, Atik menambahkan cake, aneka pastry, tape dan uli, oatbar, sirup jahe, hingga bermacam roti dalam daftar jualannya. "Biar pelanggan tak bosan dan ada pilihan," jelasnya.

Di hari biasa, para pelanggan memesan kue untuk berbagai acara. Mulai dari ultah, seminar, hingga untuk keperluan hari raya. Hantaman pandemi ikut mengguncangkan bisnis kue Atik. Ia mengaku mengalami penurunan omzet yang drastis. Ada tiga hal yang menjadi penyebab menurutnya. Pertama, banyak hari raya Hindu di Bali tak lagi diselenggarakan seperti biasa. Semua serbasederhana. Akibatnya, permintaan kue berkurang jauh. Kedua, banyak orang banting setir jualan kue. "Ya, terlepas dari produknya enak atau enggak. Ketiga, banyak yang kerja dari rumah jadi banyak yang mulai masak di rumah, terlepas bisa atau enggak," jelasnya.

Agar bisnis tetap berjalan, Atik lantas putar otak. Ia akhirnya menemukan solusi justru dari penyebab penurunan omzetnya. Teman-temannya yang tadinya merupakan pelanggan malah jadi sibuk mencoba memasak di masa #DiRumahAja. Namun, enggak semua dari mereka mahir di dapur. Memang mereka masak dengan mengandalkan tutorial dari media sosial. "Tutorial itu sih serasa gampang banget baking padahal kalau enggak terlalu mengerti sifat bahan bisa fail juga lah," ujar Atik.

kraras bali
Churros frozen dari Kraras Bali. (foto: dok. Kraras Bali)

Akibatnya, Atik sering ditanya ini-itu seputar baking. Banyak sekali yang bertanya via WA. Saat senggang, ia bisa menjawab. Lebih seringnya sih dia tak bisa menjawab karena tenngah sibuk baking. Lama-kelamaan, Atik merasa terganggu juga dengan banyaknya pertanyaan yang datang. "Akhirnya terpikir untuk memudahkan keribetan ini dengan membuat jalan pintas buat mereka. Jadilah beberapa jenis makanan dibuatkan versi frozen," kata Atik.

Hasilnya, kroket, american risoles, risoles ragout, churros, hingga nugget pisang dalam versi frozen sukses jadi incaran pelanggan setia Kraras Bali. Sembari tetap melayani pesanan kue yang sudah matang, Atik menyempatkan memasak stok frozen food. Sering kali pelanggan mesti menunggu karena stok frozen food sudah keburu ludes terjual. Dalam seminggu, Atik bisa mendapatkan Rp400 ribu-Rp500 ribu dari penjualan frozen food saja. "Para ibu rempong yang impian bakingnya selevel master chef jadi pelanggan tetap aku," canda Atik.

Solusi Anticengeng di Tengah Pandemi

kraras bali
Frozen food bisa jadi solusi makanan di tengah pandemi. (foto: dok. kraras bali)


Bisnis frozen food, menurut Mayhana, tak bisa dimungkiri sangat relevan di masa pandemi ini. Banyak orang yang berdiam di rumah untuk mencegah tertular COVID-19. Menyediakan stok frozen food di kulkas menjadi cara paling tepat agar tidak sering keluar rumah. Selain bisa disimpan lama sebagai cadangan camilan, kata Atik, frozen food memungkikan pelanggan menikmati makanan saat masih hangat.

Buat Atik, menjual frozen food seperti sekali dayung dua sampai tiga pulau terlampaui. Ia bisa tetap menjual produk agar bisnis tetap berjalan sekaligus menghindari kepusingan menjawab pertanyaan seputar baking. "Aku enggak lagi dipusingkan dengan pertanyaan macam, 'kok enggak ngembang? Kok ngelipet risol ambyar? Gorengnya kok bablas?' Sekarang mereka tinggal pesan versi frozennya. Beres," katanya.

Di sisi lain, bisnis frozen food Mayhana justru membuka ladang penghasilan bagi orang lain. Dua temannya diajak bergabung untuk menjadi reseller Ngahana. Pendapatan dari dua reseller tersebut cukup membantu pemasukan bisnisnya.

Di masa depan, walau sudah kembali masuk kantor setelah pandemi berakhir, Mayhana ingin tetap menggeluti bisnis frozen food. Bahkan ia sudah memikirkan menu baru untuk dipasarkan kepada pelanggan setianya. "Rencananya sih mau tambah dimsum non-MSG," pungkas Mayhana.(ikh/dwi)

#Juni Enggak Cengeng
Bagikan
Ditulis Oleh

Ikhsan Aryo Digdo

Learner.

Berita Terkait

Bagikan