Fakta-Fakta 'Salju' di Dataran Tinggi Dieng, Daya Tarik Wisatawan di Juni


Embun es di Dataran Tinggi Dieng. (Foto: instagram.com/evi_enu)
DATARAN Tinggi Dieng (Dieng Plateau), Banjarnegara, Jawa Tengah, salah satu destinasi yang wajib dikunjungi para pencinta alam daerah pegunungan. Rata-rata ketinggiannya di atas 2.000 mdpl sehingga sangat dingin. Suhu di sana berkisar 12-20 derajat celsius di siang hari.
Saat ini, Dieng pas dikunjungi bagi kamu yang ingin merasakan 'salju' hingga mencapai -9 derajat celsius. Fenomena munculnya embun es di musim kemarau menjadi magnet bagi wisatawan. Embun es Dieng terlihat di sejumlah tempat, seperti di meja-meja tempat berjualan, tanaman, dan hamparan rumput sekitar kompleks Candi Arjuna Dieng.
1. Embun es Dieng terjadi tiap tahun

Embun es Dieng biasa terjadi tiap tahun di kisaran Juni, Juli, dan Agustus atau puncak musim kemarau. Pada 2018, mulai terjadi di akhir Juli. Tahun ini di pekan ketiga Juni 2019, embun es sudah terlihat.
Wisatawan yang ingin melihat embun es biasanya sudah sejak pukul 05.00 mendatangi kompleks Candi Arjuna, Dieng. Namun, embun es tersebut tidak muncul tiap hari seperti pada Juni 2019, embun es terlihat sangat tebal berkisar 0,5 cm, demikian juga pada 18 Juni dan 25 Juni 2019. Sementara itu, pada Rabu, 26 Juni 2019 embun es tak terlihat, hanya embun air.
"Biasanya karena angin kencang, embun es tidak muncul. Kemarin, Selasa (25/6) di meja tempat berjualan esnya tebal sekali, pagi ini hanya embun air," kata Elia Wulandari, warga setempat yang sudah empat tahun berjualan di kawasan Candi Arjuna, seperti dikutip Antara.
Baca juga berita lainnya dalam artikel: Merasakan Salju di Dieng, Waspadai Hipotermia
2. Dinginnya bak di musim salju dan menghilangkan alergi

Tidak sekadar embun es, sensasi hawa dingin Daratan Tinggi Dieng juga menyimpan daya tarik tinggi bagi wisatawan.
"Saya alergi dingin dan infonya Dieng dingin sekali. Nah, saya mencoba siapa tahu kalau di tempat dingin sekali, alerginya hilang. Ternyata benar. Setelah hari pertama masih bentol- bentol merah kedinginan, hari kedua sudah tidak bentol-bentol merah lagi di pipi. Kalau dingin masih kedinginan, tapi bentol-bentolnya hilang," kata Fawwazah, salah seorang pengunjung.
Saat Fawwazah berkunjung di Komplek Candi Arjuna, dinginnya Dieng yang mencapai 10 derajat celcius pada Rabu (26/6) dini hari.
Penunjung lain, Irsyad, juga sengaja berkunjung ke Dieng untuk merasakan sensasi dingin yang banyak diperbincangkan orang.
"Saat saya ke Korea, bertepatan musim dingin, tetapi ternyata tidak sedingin di Dieng," kata Irsyad yang datang datang dar Semarang bersama keluarga.
Baca juga berita lainnya dalam artikel: Fenomena Embun Beku Jadi Destinasi Baru Dieng
3. Embun es yang beracun

Tidak hanya membawa berkah bagi pedagang dan pemilik penginapan yang berada di Kawasan Dataran Tinggi Dieng, tapi embun es ternyata menjadi ancaman bagi para petani. Saat dingin di bawah nol derajat, penduduk setempat menyebut embun beku dengan bun upas atau embun racun, karena menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian.
"Kalau sudah turun embun es, para petani kentang sudah tidak berharap bisa panen," kata Romadhoni, warga Dieng Kulon sembari menunjukkan foto embun es yang menempel di tanaman dari telepon genggamnya.
"Tanaman kentang dan tanaman carica mati karena embun es, untuk tanaman yang lain tidak terpengaruh."
Saat embun es menempel ke daun tanaman kentang dan carica pagi hari, kemudian siang hari terkena matahari, menjadikan daun tanaman kuning dan layu, berpotensi besar menjadi kering dan mati.
Tanaman kentang merupakan salah satu tanaman yang banyak ditanam petani di Kawasan Daratan Tinggi Dieng. Kentang banyak diolah jadi makanan ringan yang dijajakan di sekitaran Dieng, seperti kentang goreng yang dipotong memanjang tipis-tipis, kentang rebus berbumbu, dan kentang goreng yang dibentuk berulir dengan tusukan lidi.
Baca juga berita lainnya dalam artikel: Penjelasan BMKG Embun di Dataran Tinggi Dieng Membeku
4. Mi ongklok

Nah, tak hanya embus es dan sensasi dinginnya yang membuat wisawatan dalam negeri dan luar negeri berdatangan. Kamu juga bisa mencoba kuliner lokal yang sudah sangat terkenal.
Ada beragam kuliner yang banyak dicicipi wisatawan salah satunya mie ongklok, lengkap dengan tiga tusuk sate ayam yang disajikan bersamaan menambah sensasi yang luar biasa.
"Minya sama seperti mi kuning pada umumnya. Hanya saja, yang berbeda kuahnya yang beda. Jika biasanya mi seperti mi ayam kuahnya bening, mi ongklok kuahnya kental sekali. Rasanya enak dan unik. Pantas untuk dicoba," kata Bowo, wisatawan dari Jakarta.
Bertempat persis di pertigaan arah Candi Arjuna, tempat makan yang berjualan mi ongklok ini, tidak pernah sepi dari wisatawan lokal dan mancanegara.
Tidak sedikit yang datang secara berombongan dengan menggunakan bus untuk menikmati mie ongklok dilengkapi dengan beragam menu minuman panas. (*)
Baca juga berita lainnya dalam artikel: Tingkatkan Kepercayaan Diri Anak dengan Travelling, dari Baca Peta hingga Bertemu Orang