Enggak sekadar Animasi, Film Toy Story 4 Ajarkan 5 Pelajaran Hidup Ini


Toy Story 4 memberikan pelajaran hidup yang berarti bagi anak-anak dan dewasa. (foto: CNBC.com)
JAUH sebelum film Toy Story dirilis pertama kali pada 1995, film kartun memang hanya didedikasikan untuk anak-anak. Pada dasarnya, semua film anak-anak memiliki pesan positif yang mengatakan bahwa kita harus mencintai diri sendiri, karena kita telah menarik apa adanya dan kita mampu melakukan apa pun.
Namun, layaknya game changer, animasi Toy Story muncul dengan pesan rumit dari adegan-adegannya yang tentunya tidak dipahami anak kecil. Ketika Woody pertama kali bertemu dengan Buzz, muncul pertanyaan-pertanyaan, seperti, 'bagaimana jika saya tidak cukup menarik bagi Andy?' dan 'apa yang harus saya lakukan jika ada orang baru yang lebih menarik?', di benak Woody.
Selain itu, frasa 'kita mampu melakukan apa saja jika kita berusaha' sejenak runtuh ketika Buzz Lightyear menyadari bahwa dia tidak akan pernah bisa terbang karena ia hanya mainan.
Dibalut dengan visual yang menarik, persahabtan Buzz Lightyear dan Woody mungkin terlihat hanya mengajarkan persahabatan dan pengorbanan. Namun, sesungguhnya ada lebih banyak makna baik yang tersirat di balik film Toy Story.
Toy Story 4 mungkin bukan yang terbaik. Namun, film yang sedang tayang di bioskop ini memiliki pelajaran hidup yang sangat bermakna bagi orang dewasa. Apa sajakah itu?
1. Menjalankan tujuan kehidupan tidak harus dengan cara yang sama

Pada dasarnya, kehidupan mainan merupakan kehidupan melayani pemilik mainan dan harus siap siaga membahagiakan mereka. Semua film Toy Story berpatok pada tema besar itu, meskipun anak-anak akan beranjak dewasa dan meninggalkan mainan mereka.
Pada adegan kilas balik, ditayangkan bahwa karakter Bo Peep selalu menghibur Andy dan adiknya, Molly, untuk waktu yang sangat lama, sampai akhirnya Bo Peep dan domba-dombanya dikemas dan diberikan kepada orang lain.
Kemudian, beberapa saat setelah film berjalan kita menemukan perubahan karakter pada Bo Peep, yaitu seorang petualang berani yang tidak hanya terbatas pada boks penyimpanan mainan di kamar seorang anak.
Di sini, Toy Story mengajarkan bahwa tujuan hidup sebuah ciptaan itu bisa ditemukan dalam melayani orang lain, dan pelayanan tidak hanya terbatas pada satu aspek . Kita semua memiliki kesempatan melayani orang lain dan berbuat baik di tempat kerja, di rumah, di jalanan, dan di mana pun.
Mainan ditakdirkan untuk memenuhi perannya membahagiakan ana-anak, dan Bo Peep tetap menjalankan tujuan hidupnya sebagai sebuah mainan dengan perspektif yang berbeda. Bo Peep dulu pernah melayani seorang keluarga yang terdiri dari Andy dan Molly. Kini, meskipun dengan cara yang berbeda, Bo Peep tetap menjalankan tugasnya dengan cara memasangkan mainan-mainan kepada anak-anak agar semua mainan bisa menjalankan peran masing-masing.
2. Pengalaman membentuk karakter seseorang

Kamu tentu bisa melihat perubahan karakter Woody dari awal film Toy Story sampai Toy Story 4 sekarang. Dalam film Toy Story 1, bisa disimpulkan bahwa Woody merupakan mainan kesayangan dari antara semua mainan Andy. Woody selalu diprioritaskan, dan itu menumbuhkan kearoganan dalam sisi Woody. Tiba saatnya Buzz datang, dan semuanya berubah. Woody tidak lagi menjadi yang nomor satu sehingga Woody memiliki ide jahat untuk menyingkirkan Buzz.
Hal itu sangat berelasi dengan kehidupan manusia. Tentunya kamu pasti pernah merasakan iri terhadap kompetitor sehingga muncul gagasan ingin menyingkirkannya. Namun, pada akhirnya, Woody sadar bahwa apa pun yang dilakukan, ia tidak bisa mengubah kenyataan bahwa Buzz merupakan mainan yang lebih canggih dan lebih digemari Andy. Yang harus diubah ialah perspektif, karena kita tidak mampu membalikkan setiap keadaan.
Dalam Toy Story 2, Woody memiliki karakter kesetiakawanan yang tinggi, sehingga menempatkan dirinya dalam masalah dan jatuh ke tangan kolektor mainan. Pada dasarnya semua masalah akan cepat berakhir jika saat itu Woody ikut ketika dijemput oleh teman-temannya. Namun, rasa kesetiakawanan Woody terhadap Jessie dan keledai kesayangannya membuat Woody harus memperpanjang petualangannya dan membahagiakan kedua temannya itu.
Perubahan karakter dari sosok self-centered menjadi orang yang peduli terhadap sesama tentunya menjadi perubahan yang signifikan. Dalam Toy Story 3, Andy sudah beranjak dewasa dan tentunya mainan bukan lagi menjadi kegemarannya. Sekali lagi Woody ingin mengubah keadaan dan kehendak Andy dalam menentukan mainan mana yang akan masuk ke loteng dan yang akan dibawa ke tempat tinggal baru Andy di asrama kuliah.
Sesungguhnya Andy ingin menyimpan semua mainannya, dan hanya Woody yang dibawa dengannya ke tempat tinggal barunya. Namun, kita tidak selalu bisa mengubah kehendak orang lain demi kepentingan kita sendiri. Kita tidak bisa membuat semua pihak mengalami keuntungan.
Jiwa penolong dan pemimpin Woody membuat ia harus berkorban untuk bisa terus bersama Andy. Itu membuatnya harus bersama teman-temannya terjerumus dalam mainan taman kanak-kanak, hingga akhirnya jatuh ke tangan Bonnie.
3. Krisis identitas

Kita semua pernah merasakan fase pencarian identitas, sebagian telah berhasil menemukannya, beberapa tidak mampu menemukannya sampai sekarang.
Pencarian jati diri bukanlah hal yang mudah, karena sebagai manusia, kita memiliki jalan masing-masing untuk bisa menemukan siapa diri kita yang sebenarnya. Dalam film Toy Story 4, Forky merupakan sosok yang tidak jelas apa identitasnya. Berstatuskan sebagai alat makan yang kemudian dibuang, Forky mengalami krisis identitas dan shocked akan perbedaan status yang drastis dari sampah yang dibuang menjadi mainan yang dibutuhkan dan dicintai.
4. Kesempurnaan bukanlah segalanya

Gabby Gabby menjadi karakter antagonis utama dalam film Toy Story 4. Namun jika ditelaah lagi, tujuan Gabby Gabby mengambil kotak suara milik Woody ialah untuk meraih kesempurnaan. Harapannya, ia bisa mendapatkan kasih sayang dari seorang cucu pemilik toko barang antik sesuai dengan yang tertera dari buku. Namun sayangnya, ketika Gabby Gabby menjadi mainan yang sempurna, sang anak tetap tidak melirik kehadirannya dan membiarkannya terbengkalai.
Pengajaran ini tentunya sangat berharga bagi kehidupan manusia. Banyak orang yang berlomba-lomba meraih kesempurnaan baik dari segi penampilan, pekerjaan, atau pendidikan. Namun, apakah kamu sadar bahwa standardisasi sempurna menurutmu pasti akan membuatmu bahagia dan apakah benar kesempurnaan merupakan tujuan akhir dari kehidupan ini?
Toy Story 4 mengajarkan bahwa bahkan ketika Gabby Gabby telah meraih kesempurnaan pun, ia tetap tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkannya. Sementara itu, Woody, tanpa kotak suara yang sempurna, tetap bisa melengkapi Bo Peep dan disayangi olehnya.
Toy Story 4 mengajarkan bahwa akan selalu ada keindahan di setiap ketidaksempurnaan. Kamu juga tidak harus sempurna untuk bisa bahagia.
5. Jodoh tidak akan ke mana

Dari awal film, telah kita sadari bahwa ada sesuatu antara Woody dengan Bo Peep. Meskipun tidak menjadi sorotan di film Toy Story, karakter Bo Peep memiliki makna spesial bagi Woody.
Setelah sempat berpisah dengan Woody, akhirnya sekian tahun, di tempat yang random, keduanya kembali bertemu dan bersama lagi. Ini menjelaskan bahwa apa yang sudah ditakdirkan pasti akan kembali bertemu.(shn)