Canggih, Kecoak Dimodifikasi Jadi Penolong di Lokasi Bencana


Kecoak cyborg untuk membantu melakukan penyelamatan di lokasi bencana. (Foto: ST)
KECOAK merupakan salah satu serangga yang dibenci banyak orang. Apalagi ketika mereka terbang, semua bisa langsung menjerit ketakutan. Tapi jangan salah. Ternyata serangga itu bisa jadi sangat bermanfaat.
Kemampuannya memasuki celah kecil justru bisa membuatnya jadi andalan. Belum lama ini, insinyur di Singapura melakukan penelitian dan memodifikasi serangga itu menjadi sekutu penyelamat di lokasi bencana. Demikian seperti dilansir dari laman Straits Times.
Baca juga:
Bukan sembarang kecoak, tim dari Universitas Teknologi Nanyang menggunakan spesies kecoak Madagaskar yang memiliki ukuran lebih besar dibandingkan kecoak yang biasa kita basmi di rumah. Dengan panjang 6 cm, jenis ini lebih panjang 2 cm daripada biasanya.
Selain itu, kecoak Madagaskar adalah makhluk tangguh yang mampu menahan radiasi 10 kali lebih banyak daripada manusia dan bisa hidup tujuh hari tanpa kepala.

Oleh sebab itu, profesor Hirotaka Sato dan timnya dari School of Mechanical and Aerospace Engineering untuk melengkapi spesies itu dengan alat seberat 5,5 gram di bagian tubuh atasnya. Mirip seperti ransel, teknologi itu terdiri dari beberapa sensor. Salah satunya dapat memperingatkan keberadaan gas berbahaya seperti karbon dioksida.
Lebih lanjut, kecoak 'cyborg' ini juga membawa kamera infrared kecil yang bisa mendeteksi kehidupan dengan merasakan temperatur. Terobosan ini rencananya bisa dimanfaatkan di lokasi bencana. Setelah cyborg dilepas di lokasi, para kecoak akan membantu menemukan lokasi korban. Kemudian lokasinya akan dikirimkanpada tim penyelamat. Setelahnya mereka bisa memetakan lokasi untuk segera melakukan pertolongan.
Baca juga:
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan algoritma deteksi manusia, tim tersebut menemukan bahwa kecoak cyborg ini dapat membedakan subjek manusia dan bukan manusia dengan akurasi 87 persen. Hal ini tentunya akan sangat membantu tim SAR di lokasi bencana agar tidak membuang-buang waktu menyelamatkan korban.
Apalagi kemampuannya memasuki celah kecil yang tidak bisa dimasuki manusia tentu akan jadi sangat berguna. Tim memperkirakan perlu sekitar 500 kecoak di area pencarian dan penyelamatan seluas sekitar 5 km persegi.

Kelebihan lainnya adalah harga pembuatannya lebih murah dibandingkan robot. Selain itu, inovasi ini tidak memerlukan energi karena gerakannya berasal dari makhluk yang memang hidup. Sayangnya, ukurannya terbatas jadi hanya bisa menggunakan baterai kecil dan karena kecoak harus dilatih ketika ada dalam lokasi.
Sampai sekarang tim peneliti masih terus melanjutkan penelitian lebih lanjut dengan para keocak cyborg mereka. Di masa depan, profesor Sato akan mencobanya di lingkungan asli, menciptakan 'ransel' yang lebih kecil, dan memproduksi dalam jumlah besar. (sam)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Bocoran Warna Xiaomi 17 Series Terungkap, Segera Meluncur 25 September

iPhone Air Lebih Awet dari Samsung Galaxy S25 Edge, Bisa Bertahan hingga 9 Jam!

Xiaomi 17 Series Meluncur 25 September, Bawa Chipset Snapdragon 8 Elite Gen 5

Spesifikasi OPPO Find X9 Mulai Bocor, Sudah Muncul di Database NBD Vietnam

iPhone 18 Pro Berencana Adopsi Desain Semi-transparan, Jadi Keputusan Paling Berani?

Vivo X300 Bakal Jadi Pesaing iPhone 17, Punya Fitur Mirip AirDrop

Casing Samsung Galaxy S26 Ultra Bocor, Desain Barunya Jadi Sorotan

Gucci, Balenciaga, dan Alexander McQueen Diretas, Hacker Sandera Data Pribadi Pelanggan

Keberadaan AI Dalam Kehidupan Manusia Menjadi Keniscayaan saat Zaman makin Canggih

Akademisi Sebut AI hanya Kopilot, tak akan Gantikan Manusia
