Parasite, Antara Keglamoran, Teknologi Tinggi, dan Kesenjangan Sosial Negeri Ginseng


Realita di negeri ginseng dalam film Parasite (Foto: CJ Entertainment)
PARASITE adalah film yang penuh kejutan. Bukan hanya karena ia hadir sebagai film berbahasa Korea pertama di panggung Academy Awards tetapi karena kisahnya yang menarik sehingga ia layak meraih Oscar.
Penampilan kontras antara dua keluarga, si kaya dan si miskin di Seoul dikemas dengan begitu cemerlang. Keluarga Kim (Song Kang-ho) tinggal di gubuk semi-basement di daerah kumuh sedangkan keluarga Park hidup di istana bergaya minimalis di sebuah perbukitan Seoul.

Interaksi keduanya dimulai ketika putra Kim, Kim Ki-woo (Choi Woo-shik) menjadi guru Bahasa Inggris untuk putri Park. Ki-woo adalah pria cerdas yang mampu melihat dan memanfaatkan peluang. Ia mempekerjakan keluarganya satu persatu di rumah keluarga Park dan pura-pura tidak saling kenal. Adik perempuannya diberdayakan menjadi guru seni putra Park, ayahnya menjadi supir, dan sang ibu menjadi pembantu rumah tangga. Namun sayangnya itu tidak berjalan sempurna.
Selain mengangkat kesenjangan sosial antara keluarga Park dan Kim, sang sutradara, Bong Joon-ho juga ingin menyajikan realita yang sebenarnya terjadi di Korea saat ini. "Di permukaan, Korea tampak seperti negara yang sangat kaya, glamor, memiliki internet berkecepatan tinggi, teknologi yang canggih, hingga Kpop yang mendunia," jelas Bong.
"Di sisi lain, kesenjangan antara si kaya dan si miskin relatif meningkat. Generasi yang lebih muda merasa sangat putus asa," lanjutnya.
Bong mengibaratkan Korea seperti negara Inggris di mana di kota London yang gemerlap ada gelandangan yang hidup memprihatinkan. "Di antara hiruk pikuk London, ada gelandangan-gelandangan yang tidur di sekitar stasiun, sama seperti yang terjadi di Seoul," ungkapnya.

Bong menyajikan film Parasite sebagai film yang netral. Ini bukan tentang kisah si kaya dan si miskin. Tidak ada yang benar-benar bersalah atau tidak bersalah dalam film. Misalnya, terlihat dari sosok Tuan Park. Ia digambarkan sebagai sosok yang memperoleh kekayaannya melalui kerja keras yang jujur. Dirinya tidak terlalu serakah dan tidak melakukan hal-hal bertentangan dengan hukum. Namun pada saat yang sama, ia berulang kali mengekspresikan penghinaan pada kaum dari kelas bawah dengan mengeluhkan bahwa mereka memiliki bau yang berbeda.
Sementara keluarga Kim, meskipun memiliki tujuan yang licik, mereka bekerja keras. Tak seperti keluarga Park yang lebih individual, keluarga mereka juga kompak.
Dalam film ini, Bong menyoroti sistem kapitalisme yang menggerus orang-orang berpendapatan rendah sehingga mereka tidak berkesempatan untuk hidup dengan layak. "Ini bukan tentang mereka yang malas. Hanya saja mereka tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang layak," ungkap Bong. Hal tersebut terlihat dari percakapan dalam film yang memperlihatkan bagaimana 500 lulusan perguruan tinggi melamar pekerjaan sebagai penjaga keamanan.
"Itu tidak berlebihan. Ini berdasarkan pada artikel nyata yang saya baca," cetus Joon-ho.
Ada satu hal lagi yang ingin dikritik secara gamblang oleh Bong yakni orang harus saling menghormati satu sama lain. "Dan film ini membahas situasi di mana rasa hormat yang seharusnya kita miliki terhadap manusia lain sepenuhnya diabaikan," tukas Bong. (avia)
Laris Manis di Berbagai Belahan Dunia Berapa Keuntungan Film Parasite di Tiap Negara
Bagikan
Berita Terkait
‘Parasite’ Puncaki Daftar Film Terbaik Abad ke-21 Versi New York Times

Film Mickey 17 Berjaya di Tanah Kelahiran Sutradaranya, Bakal Kalahkan Parasite?

Warner Bros Akan Produksi Ulang Film Pemenang Oscar 'Parasite'
